TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken pada Senin, 13 November 2023 menanggapi kritik yang kian meningkat di jajaran Departemen Luar Negeri terhadap kebijakan Presiden Joe Biden mengenai pertempuran antara Israel dan Hamas. Ratusan pegawai pemerintah AS, di dalam dan di luar Departemen Luar Negeri, telah mengadvokasi — baik secara terbuka maupun tertutup — gencatan senjata di Gaza.
Setidaknya tiga surat yang mengkritik kebijakan pemerintah telah diajukan ke dissent channel atau “saluran perbedaan pendapat” internal Departemen Luar Negeri, yang dibentuk selama Perang Vietnam agar diplomat dapat menyampaikan kekhawatiran mengenai kebijakan negara secara anonim kepada Menteri Luar Negeri, kata sumber Reuters.
Kritik para pegawai berfokus pada dukungan teguh Biden terhadap Israel yang telah melancarkan serangan tanpa henti selama lebih dari satu bulan, yang telah menewaskan lebih dari 11.100 orang di Gaza, menurut Kementerian Kesehatan Gaza. Israel melancarkan pembombardiran sebagai respons dari serangan kelompok militan Palestina Hamas pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan sekitar 1.200 orang.
Sejauh ini, Washington telah menolak seruan dari para pemimpin Arab dan Palestina serta negara-negara lain yang meminta Israel menghentikan serangannya di Jalur Gaza. Namun, Washington mendesak jeda kemanusiaan untuk memungkinkan lebih banyak bantuan masuk dan untuk mengevakuasi warga asing dari Gaza, termasuk warga negara AS.
Blinken, yang baru saja pulang dari tur sembilan hari ke Timur Tengah dan Asia, mengirimkan surel kepada para pegawai di departemennya, mengakui dampak emosional yang ditimbulkan konflik ini terhadap angkatan kerja dan juga kemungkinan perpecahan dalam jajaran pejabat soal kebijakan.
“Saya tahu bahwa bagi kebanyakan dari Anda, penderitaan yang disebabkan oleh krisis ini menimbulkan kerugian pribadi yang besar,” kata Blinken dalam surat yang diperoleh dan pertama kali dilaporkan oleh HuffPost.
“Kesedihan yang muncul saat setiap hari melihat gambar bayi, anak-anak, orang lanjut usia, perempuan, dan warga sipil lainnya menderita dalam krisis ini sungguh memilukan. Saya sendiri merasakannya,” tuturnya.
Menteri tersebut mengakui bahwa ia tahu beberapa orang di departemennya mungkin tidak setuju dengan pendekatan yang diambil para petinggi, atau memiliki pandangan berbeda mengenai apa yang bisa dilakukan pemerintah AS dengan lebih baik.
Oleh karena itu, katanya, ia dan pimpinan senior telah mengatur forum di Washington D.C. untuk mendengarkan pendapat para pegawai, serta mendesak para manajer dan tim untuk melakukan diskusi di pos-pos di seluruh dunia sehingga masukan dan ide para pegawai dapat didengar.
“Saya telah meminta pimpinan senior kami untuk terus melakukan hal itu,” ujarnya dalam surel. “Kami mendengarkan: apa yang Anda bagikan adalah informasi bagi kebijakan dan pesan-pesan kami.”