TEMPO.CO, Jakarta - Tank-tank Israel mengepung rumah sakit utama di Kota Gaza. Israel menargetkan sejumlah rumah sakit dan masjid dalam melawan militan Hamas, Palestina.
Juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza Ashraf Al-Qidra, yang berada di dalam rumah sakit Al Shifa, mengatakan 32 pasien meninggal dalam tiga hari terakhir, termasuk tiga bayi baru lahir. Korban meninggal akibat rumah sakit di Gaza utara dikepung Israel dan kurangnya listrik.
Menurut Wakil Menteri Kesehatan di Jalur Gaza, Youssef Abu Rish, korban terbaru termasuk 27 pasien dewasa dalam perawatan intensif dan tujuh bayi. Rumah sakit di Gaza utara terpaksa tidak beroperasi karena kekurangan bahan bakar dan pertempuran sengit.
Israel mengatakan rumah sakit tersebut terletak di atas terowongan yang menjadi markas pejuang Hamas dan menggunakan pasien sebagai tameng. Namun pernyataan Israel itu dibantah oleh Hamas.
"Tank-tank tersebut berada di depan rumah sakit. Kami berada di bawah blokade penuh. Ini sepenuhnya wilayah sipil. Hanya pasien rumah sakit, dokter, dan warga sipil lainnya yang tinggal di rumah sakit. Ini harus dihentikan," ujar ahli bedah di rumah sakit tersebut, Dr Ahmed El Mokhallalati, melalui telepon. “Kami hampir tidak bisa bertahan.”
“Mereka mengebom tangki (air), mengebom sumur air, dan juga mengebom pompa oksigen. Mereka mengebom semua yang ada di rumah sakit. Jadi kami sulit bertahan. Rumah sakit bukan lagi tempat yang aman untuk merawat pasien," kata Mokhallalati.
Jumlah korban tewas akibat agresi Israel ke Gaza telah lebih dari 11.000 orang. Sebanyak 40 persen dari korban tersebut adalah anak-anak.
Menurut Qidra, sebuah tank Israel kini ditempatkan di gerbang rumah sakit. Penembak jitu dan drone Israel menembaki rumah sakit tersebut, sehingga menyulitkan petugas medis dan pasien untuk bergerak. “Kami terkepung dan berada dalam lingkaran kematian,” katanya.
Israel telah memerintahkan warga sipil untuk pergi dan petugas medis mengirim pasien ke tempat lain. Israel mengatakan telah berusaha mengevakuasi bayi dari bangsal neo-natal dan meninggalkan 300 liter bahan bakar untuk menyalakan generator darurat di pintu masuk rumah sakit. Namun tawaran tersebut diblokir oleh Hamas.
Qidra mengatakan 300 liter bahan bakar itu akan memberi daya pada rumah sakit hanya untuk setengah jam. Rumah sakit Al-Shifa membutuhkan 8.000-10.000 liter bahan bakar per hari yang disalurkan oleh Palang Merah atau badan internasional.
Seorang pejabat Israel yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan 300 liter bisa bertahan beberapa jam karena hanya ruang gawat darurat yang beroperasi.
Rumah sakit besar kedua di Gaza utara, al-Quds, juga berhenti berfungsi. Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan lokasi tersebut dikepung oleh tembakan. Konvoi kendaraan Palang Merah yang dikirim untuk mengevakuasi pasien dan staf tidak bisa mencapai lokasi tersebut.
Israel melakukan serangan besar-besaran untuk melenyapkan Hamas. Kelompok militan Palestina itu menyerang Israel selatan pada 7 Oktober 2023. Sejak itu perang meletus dan belasan ribu orang menjadi korban.
REUTERS | AL ARABIYA
Pilihan editor: Pejuang Anti-Junta Myanmar Serang Pos Militer, Ribuan Orang Lari ke India