TEMPO.CO, Jakarta - Nicholas Soames, mantan menteri Angkatan Bersenjata Inggris yang juga cucu mantan perdana menteri Inggris era Perang Dunia II Winston Churchill, menyerukan gencatan senjata di Gaza.
“Pemerintah Inggris benar dalam mendukung Israel di saat-saat penderitaannya pada 7 Oktober," kata politikus Partai Konservatif itu.
Namun, ketika teror yang dilancarkan oleh Israel kepada warga sipil [Palestina]… anak-anak tewas terbunuh dalam jumlah besar… saat itu benar-benar telah tiba untuk upaya yang jauh lebih besar, yang melibatkan Inggris, untuk menjamin gencatan senjata,” katanya dalam sebuah wawancara dengan radio BBC pada Sabtu.
“Saya pikir ini adalah saatnya untuk melakukan gencatan senjata (di Gaza;red) – saya pikir ini sudah cukup.”
Pernyataan Soames menjadi penting karena kakeknya sangat berperan besar dalam pendirian negara Israel di wilayah pendudukan Palestina. Sebagai Menteri Kolonial Inggris pada 1921-1922, Churchill bertanggung jawab langsung atas evolusi kebijakan Inggris di Timur Tengah.
Dia mendesak pemimpin Palestina untuk menerima jutaan warga Yahudi dari seluruh dunia untuk menjadi tetangga mereka.
Pada 19 Mei 1941, dalam sebuah memorandum rahasia, ia menulis tentang harapannya untuk terbentuknya “Negara Yahudi di Palestina Barat” setelah perang yang tidak hanya memberikan hak penuh untuk imigrasi dan pembangunan, namun juga dengan ketentuan “untuk ekspansi di wilayah Palestina.”
Selama 75 tahun Israel berdiri, penjajahan terhadap warga Palestina memakan korban jiwa yang sangat besar. Hingga Sabtu lebih dari 11 ribu warga Palestina tewas di Gaza, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak.
Serangan brutal Israel terhadap Rumah Sakit Al Shifa yang menjadi markas Kementerian Kesehatan Gaza, membuat lembaga tersebut kesulitan menghitung jumlah korban tewas yang terus bertamah.
Dalam sebuah pernyataan, Ashraf al-Qudra, juru bicara kementerian kesehatan, berbicara tentang serangan berturut-turut terhadap Rumah Sakit Al-Shifa dan sekitarnya dan mengatakan bahwa situasi di rumah sakit tersebut "lebih dari bencana."
Dia mengatakan bahwa rumah sakit tersebut telah menjadi sasaran serangan Israel dari semua sisi.
Al-Qudra mengatakan ada orang tewas dan terluka tergeletak di tanah di depan pintu rumah sakit. “Taman rumah sakit telah berubah menjadi lapangan terbuka bagi penembak jitu Israel dan kendaraan udara tak berawak. Tentara Israel menargetkan siapa pun yang bergerak,” katanya.
Juru bicara tersebut mengatakan bahwa sekitar 20.000 orang berada di dalam rumah sakit, termasuk keluarga pengungsi, petugas medis, dan korban luka.
Dia mengatakan bahwa dua bayi meninggal pada Sabtu di unit perawatan intensif karena kekurangan oksigen dan peralatan pendukung kehidupan, sehingga menekankan adanya kebutuhan mendesak akan pasokan medis.
Pilihan Editor: Jokowi Akan ke Gedung Putih Besok, Mer-C Titip Pesan Ini untuk Joe Biden
LBC | ANADOLU