TEMPO.CO, Jakarta - Bekas Perdana Menteri Israel Ehud Olmert mengatakan Benjamin Netanyahu hancur secara emosional setelah gagal mengamankan negaranya dari serangan Hamas pada 7 Oktober 2023. Menurut Olmert, Netanyahu sedang bersiap mengambil kendali keamanan atas seluruh Gaza untuk jangka waktu yang tidak terbatas.
“(Netanyahu) telah menyusut. Dia hancur secara emosional, itu sudah pasti,” kata Olmert kepada Politico. Ia menambahkan bahwa Netanyahu kini telah menjadi bahaya bagi Israel.
Olmert menekankan prioritas Israel adalah merundingkan tujuan akhir dengan komunitas internasional yang melibatkan kembalinya perundingan mengenai pembentukan negara Palestina. Olmert memperingatkan agar Israel tidak melakukan pengawasan keamanan penuh atas Gaza.
Netanyahu mengatakan pada Senin bahwa negaranya akan menjaga keamanan Gaza setelah perang dengan Hamas berakhir untuk jangka waktu yang tidak ditentukan. Ketika ditanya dalam sebuah wawancara siapa yang harus memerintah Gaza setelah perang, Netanyahu mengatakan bahwa dia yakin Israel akan mengambil tanggung jawab atas keamanan untuk jangka waktu yang tidak terbatas.
Olmert menentang rencana Netanyahu itu. “Bukan kepentingan Israel untuk mengawasi keamanan Gaza,” ujar Olmert.
“Adalah kepentingan kami untuk dapat mempertahankan diri dengan cara yang berbeda dibandingkan sebelum serangan 7 Oktober. Tapi untuk menguasai Gaza lagi? Tidak," katanya.
Dalam wawancara dengan Politico, Olmert juga memperingatkan bahwa kesabaran Amerika Serikat dan Eropa, yang merupakan sekutu Israel, mungkin makin menipis setelah Netanyahu dan kabinetnya gagal menguraikan rencana praktis untuk memerintah Gaza setelah mengalahkan Hamas.
“Ada banyak hal yang bisa kami lakukan, tapi kami tidak bisa melakukan semua yang kami inginkan,” ujarnya.
Olmert memimpin Israel dari tahun 2006 hingga 2009 sebagai pemimpin dari partai liberal Kadima.
Hanya 27 persen warga Israel percaya bahwa Netanyahu adalah orang yang tepat untuk menjalankan pemerintahan, menurut hasil jajak pendapat baru yang dirilis pada hari Jumat.
Jajak pendapat tersebut dilakukan oleh Lazar Research Institute untuk harian Israel, Maariv. Dalam jajak pendapat itu, popularitas Partai Likud yang dipimpin Netanyahu merosot tajam. Sebaliknya popularitas Partai Persatuan Nasional (National Unity Party) meningkat tajam.
Data tersebut menunjukkan bahwa 49 persen warga Israel percaya bahwa Benny Gantz, pemimpin Partai Persatuan Nasional, adalah pemimpin alternatif untuk menggantikan Netanyahu dan memimpin negara tersebut.
Merosotnya popularitas Netanyahu terjadi setelah serangan Hamas terhadap Israel yang menewaskan 1.400 warga Israel dan menyebabkan lebih dari 200 orang disandera. Lebih dari 10.300 warga Palestina tewas dalam serangan udara Israel, termasuk lebih dari 4.200 anak-anak.
AL ARABIYA