TEMPO.CO, Jakarta - Emily Callahan, manajer perawat dari Doctors Without Borders dalam wawancara dengan Anderson Cooper dari CNN mengungkap kalau dokter-dokter di Palestina dan para perawat yang bertahan di Jalur Gaza adalah pahlawan, yang tahu mereka akan mati kalau memilih tetap bertahan di sana. Callahan adalah perawat asal Amerika Serikat yang diselamatkan dari Gaza. Dia mengungkap tidak ada lagi tempat yang aman di Gaza.
Callahan tiba di Amerika Serikat pada akhir pekan lalu setelah dievakuasi dari Gaza pada Rabu, 1 November 2023. Saat ditanya bagaimana rasanya pulang ke rumah, dia mengatakan ada perasaan lega karena bisa berkumpul kembali dengan keluarganya dan rasa aman, namun rasa gembira bisa pulang tak dia dapatkan karena selamatnya dia berkat orang-orang yang bertahan di Gaza. Callahan berada di Jalur Gaza selama 26 hari.
Hamas pada 7 Oktober 2023, melancarkan serangan ke sejumlah kota di Israel hingga membuat 1.400 orang tewas. Serangan ini dibalas oleh Isreal yang melancarkan serangan secara brutal ke Jalur Gaza. Sampai berita ini diturunkan, PBB memperkirakan serangan balasan itu menewaskan lebih dari 10 ribu orang.
Callahan menceritakan dia dan timnya di Doctors Without Borders harus direlokasi sampai 5 kali dalam tempo 26 hari karena alasan keamanan. Kamp-kamp bantuan menampung sekitar 50 ribu orang dengan hanya empat jamban dan pasokan air cuma empat jam per hari.
“Salah satu tempat yang kami datangi adalah Communist Training Centre. Di sana ada sekitar 35 orang yang kehilangan tempat tinggal. Ada anak-anak yang mengalami luka bakar parah di bagian wajah, leher hingga seluruh anggota badan mereka karena rumah sakit sudah kewalahan. Pasien di pulangkan dengan sangat cepat dari rumah sakit karena tak ada tempat,” kata Callahan.
Callahan menceritakan ada korban – korban dengan luka bakar dan terbuka, ada pula pasien amputasi sebagian - dalam kondisi terkatung-katung. Orang tua para korban membawa anak-anak mereka sambil mengatakan ‘tolong, bisakah Anda membantu?’. Callahan pun sedih harus menjawab kalau mereka tak punya persediaan medis.
Callahan mengatakan dia terpaksa harus angkat kaki dari salah satu kamp karena mereka mulai mengalami pelecehan. Warga Gaza yang kehilangan orang-orang yang mereka cintai berubah menjadi temperamental. Callahan, yang warga negara Amerika Serikat, menjadi sasaran, banyak yang meneriakinya karena dia dari Negeri Abang Sam. Staf di Doctors Without Borders pun dituduh pengkhianat atau dikatai ‘pura-pura menjadi orang Arab’.
Hal lain yang membuat hati Callahan basah adalah dia dan tim di Doctors Without Borders dijagai hampir sepanjang waktu oleh mitra-mitra mereka dari warga negara Palestina. “Kami katakan pada mereka, kalian boleh pulang – tak perlu setiap waktu di sini. Namun mereka menjawab ‘kalian juga keluarga kami dan kami tidak akan kemana-mana’,”.
Sumber: ndtv.com
Pilihan Editor: Malaysia Buka Lowongan untuk Perawat Asing, juga Tukang Cukur dan Buruh Tekstil
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini