TEMPO.CO, Jakarta - Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau UN OCHA meminta Israel membuka perbatasan Kerem Shalom untuk mengirimkan bantuan ke Jalur Gaza yang dikepung. Kerem Shalom, antara Israel dan Gaza, merupakan satu-satunya perbatasan yang dapat menjadi jalur masuknya truk dalam jumlah besar dan waktu yang cepat.
Direktur Divisi Pembiayaan Kemanusiaan dan Mobilisasi Sumber Daya UN OCHA, Lisa Doughten, menyampaikan permintaan itu dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB tentang situasi di Timur Tengah, termasuk tentang Palestina, pada Senin, 30 Oktober 2023.
Ia menyambut baik perjanjian yang telah dicapai untuk mengizinkan lebih banyak bantuan masuk lewat perbatasan Rafah antara Gaza dengan Mesir. Namun, ia menggarisbawahi perlunya lebih dari satu titik masuk.
“Pasokan dan bantuan kemanusiaan harus mencapai Gaza dengan aman, andal, tanpa hambatan dan dalam skala yang diperlukan, dan pasokan bahan bakar harus diisi ulang,” ujarnya, mewakili Wakil Sekretaris Jenderal Urusan Kemanusiaan dan Koordinator Bantuan Darurat, Martin Griffiths, yang sedang menjalankan misi di Israel dan Wilayah Pendudukan Palestina.
Jutaan pengungsi internal
Ia melaporkan bahwa lebih dari 1,4 juta warga Palestina telah menjadi pengungsi internal di Gaza, dengan ribuan orang berdesakan di rumah sakit dan tempat penampungan. “Tidak ada tempat yang aman, dan kita tidak mempunyai persediaan penting yang cukup untuk menjamin kelangsungan hidup para pengungsi internal pada skala ini,” katanya.
Selain di Gaza, ia mengatakan ratusan warga sipil di Tepi Barat juga mengungsi, sejumlah warga sipil telah terbunuh, dan insiden kekerasan pemukim meningkat. Perekonomian di Tepi Barat pun terdampak oleh penangguhan izin kerja sekitar 150.000 hingga 175.000 warga Palestina yang bekerja di Israel.