TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich dalam suratnya kepada Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada Senin, 30 Oktober 2023, mengungkap kalau Kementerian Keuangan Israel akan membekukan transfer pendapatan pajak bulanan sekitar US$188 juta atau Rp2,9 triliun kepada Otoritas Palestina. Smotrich mengatakan dana tersebut akan ditahan karena kegagalan otoritas yang bermarkas di Ramallah tersebut untuk mengutuk serangan oleh kelompok Hamas pada 7 Oktober ke Israel, yang menewaskan setidaknya 1.400 orang dan menyandera 224 lainnya.
“Otoritas Palestina tidak melihat perlunya menjauhkan diri dari tindakan-tindakan biadab ini, dan para pejabat otoritas bahkan menyatakan dukungannya terhadap pembantaian mengerikan itu,” tulis Smotrich dalam suratnya kepada Netanyahu.
Smotrich menyebutkan alasan lain yaitu tindakan Otoritas Palestina yang melawan Israel di Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) dan Mahkamah Internasional. Menteri Luar Negeri Palestina Riyad Al-Maliki sebelumnya mengunjungi Den Haag pada Kamis, 26 Oktober 2023 untuk mendorong dilakukan penyelidikan kejahatan perang Israel di ICC.
“Tidak dapat dibayangkan jika kita terus-menerus, dalam kenyataan (saat ini), mentransfer dana seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Oleh karena itu, saya ingin memberi tahu Anda bahwa saya menginstruksikan Kementerian Keuangan untuk membekukan transfer dana bulan ini. Pada saat yang sama, saya meminta Anda mengangkat masalah ini dalam diskusi mendesak di kabinet keamanan diplomatik,” tulis Smotrich.
Hingga berita ini ditulis, belum ada komentar dari Otoritas Palestina mengenai keputusan Israel tersebut. Pendapatan pajak – yang disebut oleh Palestina dan Israel sebagai maqasa – dikumpulkan oleh pemerintah Israel atas nama Otoritas Palestina atas impor dan ekspor Palestina. Sebagai imbalannya, Israel mendapat komisi sebesar 3 persen dari pendapatan yang dikumpulkan itu.
Dana ini merupakan sumber pendapatan utama bagi Otoritas Palestina, dengan jumlah diperkirakan sekitar US$188 juta setiap bulannya (Rp2,9 triliun). Dalam eskalasi konflik ini, militer Israel telah memperluas serangan udara dan daratnya di Jalur Gaza, yang telah menjadi target serangan udara tanpa henti dan blokade sejak serangan mendadak Hamas pada 7 Oktober lalu. Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, lebih dari 8 ribu warga Palestina menjadi korban jiwa.
ANADOLU | THE JERUSALEM POST
Pilihan Editor: Mantan Sekjen NATO: Netanyahu Politikus Terburuk dalam Sejarah Israel