TEMPO.CO, Jakarta - Narayana Murthy, pendiri perusahaan teknologi raksasa Infosys, membuat pernyataan yang dianggap kontroversi ketika dia menyarankan anak-anak muda di India agar bekerja setidaknya 70 jam per Minggu. Sebab produktivitas di India saat ini rendah.
“Anak-anak muda di negara kita harus berkata, ini adalah negara saya dan saya ingin bekerja 70 jam dalam seminggu. Ini persis seperti apa yang dilakukan warga Jerman dan warga Jepang setelah perang dunia II,” kata Murthy, dalam sebuah podcast.
Menurutnya, anak-anak muda di India punya sebuah kebiasaan yang tidak biasa dilakukan orang-orang Barat dan kebiasaan anak-anak muda India tersebut tidak berkontribusi pada negara. Untuk itu, India perlu meningkatkan produktifitasnya dalam bekerja, korupsi di tubuh pemerintahan harus dikurangi dan mengurangi sistem pengambilan keputusan yang terlalu birokrasi. Sebab itu semua tidak akan membuat negara bisa bersaing dengan negara-negara yang sudah membuat kemajuan pesat.
India’s Infosys founder #NarayanaMurthy: “Young IT workers should work 70 hours a week. A new work culture is needed.”
Umm… youth unemployment in India is 45%. Perhaps, we can employ 2 workers who work 40 hours a week?
Let’s reject Neoliberalism & America’s cruel capitalism. pic.twitter.com/QlRntWEjKf
— S.L. Kanthan (@Kanthan2030) October 27, 2023
Komentar Murthy pun langsung mengundang perdebatan di media sosial, yang menyoroti perbedaan besar antara harapan para pekerja muda dan para pemimpin perusahaan, yang sama-sama menyaksikan pertumbuhan India hingga menjadi sebuah negara besar di panggung dunia, khususnya disektor perkembangan teknologi dan bisnis.
Sejumlah pengusaha menguatarakan dukungan pada pandangan Muthy, namun banyak orang mengkritiknya dengan menyinggung soal kesenjangan pendapatan dan hidup yang seimbang (antara kehidupan pribadi dan bekerja).
“Para miliarder maunya punya tenaga kerja yang murah dan jam kerja yang panjang (dengan kata lain, perbudakan)! Mereka mungkin berdoa agar pasar tenaga kerja memburuk,” tulis pengguna X (Twitter), Amitranjan Gantait.
Forbes mencatat, Muthy memiliki kekayaan bersih senilai USD4.3 miliar (Rp 68 triliun). Pada tahun lalu, sejumlah media di India mewartakan berdasarkan data dari sebuah perusahaan riset Center for Monitoring Indian Economy mengungkap pada periode 2017 dan 2022 ada jutaan orang di India meninggalkan pasar tenaga kerja, yang bahkan tanpa mencari pekerjaan baru. Total secara keseluruhan, angka rata-rata partisipasi tenaga kerja turun dari 46 persen ke 40 persen.
Sumber: RT.com
Pilihan Editor: Ciri Orang Alami Kecemasan Terkait Produktivitas
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini