TEMPO.CO, Jakarta - Unjuk rasa Pro-Palestina dari Jakarta hingga Tunis pada Jumat, 20 Oktober 2023, menuntut diakhirinya pengeboman Israel di Gaza setelah hampir dua minggu serangan udara dan artileri yang intens yang menurut pihak berwenang di sana telah menewaskan 4.100 orang.
Israel bersiap untuk melakukan perang darat di daerah kantong Palestina yang kecil dan padat penduduknya yang bertujuan untuk memberantas Hamas, kelompok Islam militan yang mengamuk di kota-kota Israel pada 7 Oktober, menewaskan 1.400 orang dan menyandera.
Meskipun beberapa negara Barat telah menyuarakan dukungannya terhadap kampanye militer Israel, banyak negara Muslim yang menyerukan gencatan senjata segera, dan banyak warganya yang marah terhadap kondisi di Gaza dan menyatakan solidaritas terhadap warga Palestina.
Protes tiba-tiba meletus di sebagian besar wilayah tersebut pada Selasa malam setelah pihak berwenang Gaza mengatakan ratusan orang tewas dalam ledakan di sebuah rumah sakit. Hamas mengatakan serangan udara Israel adalah penyebabnya. Israel menyalahkan peluncuran roket yang gagal oleh kelompok Palestina.
Di Yordania, yang berdamai dengan Israel pada tahun 1994, namun sebagian besar penduduknya merupakan keturunan Palestina, lebih dari 6.000 pengunjuk rasa berbaris di pusat ibu kota sementara ribuan lainnya berunjuk rasa di dekat kedutaan Israel.
Para pengunjuk rasa menyuarakan dukungan untuk Hamas, mendesak mereka untuk menyerang Israel dengan serangan roket dan bom bunuh diri, dan menyapa kelompok Palestina dengan teriakan: “Kami adalah tentara Anda.”
Ribuan demonstran juga berkumpul di Turki dan Mesir, dua negara lain yang telah lama memiliki hubungan diplomatik penuh dengan Israel, menuntut diakhirinya pengeboman tersebut.
Sekitar 2.000 orang berkumpul di depan Masjid Beyazit Istanbul, membakar patung Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mengibarkan bendera Palestina. Beberapa orang memegang plakat bertuliskan: "Hentikan genosida" dan "Teroris Israel".
Di Mesir, ribuan pengunjuk rasa berdiri di masjid al-Azhar, salah satu masjid tertua di dunia, meneriakkan “Di mana tentara Arab?”, sementara yang lain berkumpul di alun-alun Tahrir.
Beberapa pihak menuntut tindakan militer terhadap Israel, sementara yang lain mengatakan negara-negara Arab harus mempertimbangkan penggunaan metode lain untuk menghentikan pengeboman di Gaza. Mesir berbatasan dengan Gaza namun belum mampu menegosiasikan pembukaan jalur penyeberangan untuk memungkinkan masuknya bantuan.
“Palestina adalah satu-satunya negara yang menyatukan suara kami. Jika negara-negara Teluk tidak mengirimkan bantuan, setidaknya mereka harus berhenti mengirimkan minyak dan gas. Setidaknya itulah yang harus mereka lakukan,” kata pengunjuk rasa Mohammed Gomaa di Kairo.