TEMPO.CO, Jakarta -Amerika Serikat pada Rabu menggunakan hak veto terhadap draf resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) yang menyerukan penghentian konflik sementara Israel-Palestina demi memungkinkan akses bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza.
Pemungutan suara untuk rancangan yang diusulkan Brasil itu sempat tertunda dua kali dalam beberapa hari terakhir ketika AS mencoba menegosiasikan akses bantuan ke Gaza.
“Kami sedang melakukan kerja keras diplomasi,” kata Duta Besar AS untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield, kepada dewan setelah pemungutan suara. “Kami yakin kita perlu membiarkan diplomasi itu berjalan.”
Thomas-Greenfield mengatakan AS kecewa karena draf resolusi tersebut tidak menyebutkan hak pertahanan diri Israel, dan ia menyalahkan Hamas atas krisis kemanusiaan di Gaza.
“Kami bekerja sama dengan Israel, tetangganya (Palestina), PBB, dan mitra lainnya untuk mengatasi krisis kemanusiaan di Gaza. Makanan, obat-obatan, air, dan bahan bakar harus mulai mengalir ke Gaza sesegera mungkin,” katanya.
Ia menambahkan bahwa tindakan Hamas sendirilah yang menyebabkan hal ini – “krisis kemanusiaan yang parah”.
Di dewan yang beranggotakan 15 negara itu, sebanyak 12 negara memberikan suara mendukung rancangan teks tersebut pada Rabu, sementara Rusia dan Inggris abstain.
Untuk disahkan, sebuah resolusi Dewan Keamanan memerlukan setidaknya sembilan suara setuju dan tidak ada veto dari lima anggota tetap yaitu Amerika Serikat, Rusia, Cina, Prancis, dan Inggris.
“Ya, resolusi itu penting. Dan ya, dewan ini harus bersuara. Namun, tindakan yang kita ambil harus didasarkan pada fakta di lapangan dan mendukung upaya diplomasi langsung. Hal ini dapat menyelamatkan nyawa. Dewan perlu melakukan hal ini dengan benar,” sambungnya.
Tindakan veto AS menuai kritik dari Rusia dan Cina. Hal ini hanya merupakan satu contoh sikap AS yang cenderung melindungi sekutunya Israel dari tindakan apa pun di Dewan Keamanan. Selama konflik yang disulut oleh serangan kelompok militan Hamas di Israel pada Sabtu, 7 Oktober 2023, AS telah konsisten menyatakan dukungan teguh untuk sekutunya itu.
“Kami sekali lagi menjadi saksi kemunafikan dan standar ganda rekan-rekan Amerika kami,” kata Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia. Resolusi rancangan Rusia yang menyerukan gencatan senjata kemanusiaan gagal disahkan pada Senin.
Gencatan senjata juga diserukan oleh Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada Rabu, untuk memungkinkan pembebasan sandera dan akses bantuan kemanusiaan ke Gaza. “Saya menyerukan gencatan senjata kemanusiaan segera,” katanya lewat akun Instagram PBB.
Rusia mengatakan pihaknya kini telah meminta Majelis Umum PBB yang beranggotakan 193 orang untuk mengadakan sidang khusus darurat mengenai konflik tersebut. Mereka dapat mengajukan rancangan resolusi melalui pemungutan suara di sana, di mana tidak ada negara yang memiliki hak veto. Walaupun tidak mengikat, Resolusi Majelis Umum memiliki bobot politik.
Sementara, Duta Besar Cina untuk PBB Zhang Jun menuduh AS telah mengelabui para anggota dewan untuk percaya bahwa resolusi tersebut berkesempatan diadopsi, setelah AS tidak menyatakan penolakan selama negosiasi. Ia menggambarkan pemungutan suara itu sebagai “sesuatu yang tidak bisa dipercaya”.
Pilihan Editor: Serbu Gedung Capitol AS, Demonstran Yahudi Pro-Palestina Ditangkap Polisi
REUTERS