2. WHO: Israel Pernah Minta Rumah Sakit yang Dirudal dan Menewaskan 500 Orang Dikosongkan
Rumah Sakit Al-Ahli al-Arabi di utara Jalur Gaza, yang dirudal hingga menewasan tidak kurang dari 500 orang, Selasa, 17 Oktober 2023, sebelumnya telah menerima instruksi dari militer Israel untuk dikosongkan.
“Rumah sakit itu adalah satu dari 20 rumah sakit di utara Jalur Gaza yang menerima perintah evakuasi dari militer Israel,” kata Ahmed Al-Mandhari, Direktur Regional WHO untuk Mediterania Timur. Ia menambahkan ada pasien, petugas kesehatan, dan pengungsi di rumah sakit ketika serangan terjadi.
“Perintah evakuasi tidak mungkin dilakukan mengingat ketidakamanan saat ini, kondisi kritis banyak pasien, dan kurangnya ambulans, staf, kapasitas tempat tidur sistem kesehatan, dan tempat penampungan alternatif bagi mereka yang mengungsi,” katanya.
Serangan tersebut merupakan insiden paling berdarah di Gaza sejak Israel melancarkan kampanye pengeboman terhadap Jalur Gaza yang berpenduduk padat sebagai pembalasan atas serangan mematikan lintas perbatasan Hamas terhadap komunitas Israel pada 7 Oktober 2023.
Militer Israel menyalahkan kegagalan peluncuran roket yang dilakukan kelompok militan Palestina. Sementara Hamas menuding serangan dilakuan Israel.
Organisasi Kesehatan Dunia WHO mengutuk serangan terhadap Rumah Sakit Al-Ahli al-Arabi di utara Jalur Gaza yang menewaskan ratusan orang dan mengatakan pengeboman Selasa, 17 Oktober 2023, itu merupakan “kejadian yang belum pernah terjadi sebelumnya."
“Serangan ini skalanya belum pernah terjadi sebelumnya,” kata Richard Peeperkorn, Perwakilan WHO untuk Tepi Barat dan Gaza. “Kami telah melihat serangan yang konsisten terhadap layanan kesehatan di wilayah Palestina yang diduduki.”
Peeperkorn mengatakan sejauh ini telah terjadi 51 serangan terhadap fasilitas kesehatan di Gaza, yang menewaskan 15 petugas kesehatan dan melukai 27 orang.
Mike Ryan, direktur eksekutif Program Kedaruratan Kesehatan WHO, mengatakan adalah tindakan yang “tidak manusiawi” jika membiarkan petugas kesehatan di Gaza menghadapi dilema dalam merawat pasien mereka atau mengungsi untuk menyelamatkan nyawa mereka sendiri. Dia mengatakan para dokter dan perawat lebih memilih pasien mereka daripada diri mereka sendiri.
“Sangat jelas bagi semua pihak yang berkonflik di mana fasilitas kesehatan berada,” kata Ryan.
"Sangat jelas bahwa layanan kesehatan bukanlah sebuah target... Hal ini telah diabadikan dalam hukum humaniter internasional. Dan kita melihat hal ini berulang kali dilanggar selama seminggu terakhir. Dan hal ini harus dihentikan. Hal ini harus dihentikan."