TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Vladimir Putin pada Minggu, 15 Oktober 2023, mengatakan bahwa pernyataan-pernyataan Amerika Serikat harus mempersiapkan perang melawan Rusia dan Cina adalah omong kosong, dan memperingatkan Barat bahwa perang apa pun melawan Rusia akan berbeda tingkatannya dengan konflik di Ukraina.
Sebuah panel bipartisan yang ditunjuk oleh Kongres AS mengatakan pada Kamis bahwa Washington harus bersiap menghadapi kemungkinan perang simultan dengan Moskow dan Beijing dengan memperluas kekuatan konvensionalnya, memperkuat aliansi dan meningkatkan program modernisasi senjata nuklirnya.
Putin, yang akan mengunjungi Cina pekan ini, mengatakan Amerika Serikat telah memicu ketegangan dengan Beijing dengan membangun aliansi keamanan "AUKUS" yang terdiri dari AS, Australia, dan Inggris, serta bahwa Rusia dan Cina tidak membangun aliansi militer.
Putin mengatakan kepada reporter Kremlin Pavel Zarubin dalam sebuah klip yang diterbitkan pada Minggu bahwa pemikiran mengenai perang antara Rusia dan Amerika Serikat adalah hal yang tidak sehat, namun jika orang-orang mempublikasikan pemikiran tersebut maka mereka pasti akan menimbulkan kekhawatiran bagi Moskow.
“Saya rasa ini bukanlah pemikiran yang sehat di benak orang-orang yang sehat, karena jika kita mengatakan bahwa Amerika Serikat sedang mempersiapkan perang dengan Rusia, maka kita semua sedang mempersiapkan perang karena kita mengikuti prinsip kuno: jika Anda menginginkan perdamaian, bersiaplah untuk berperang," kata Putin dalam klip yang diposting di Telegram.
“Tetapi kami menginginkan perdamaian,” kata Putin sambil tertawa. "Lagi pula, berperang melawan Rusia dan Cina adalah hal yang tidak masuk akal - menurut saya ini tidak serius. Saya pikir mereka hanya saling menakut-nakuti."
Kemitraan yang semakin erat antara negara adidaya Cina dan Rusia, yang merupakan negara nuklir terbesar di dunia, merupakan salah satu perkembangan geopolitik yang paling menarik dalam beberapa tahun terakhir – dan hal ini diwaspadai oleh negara-negara Barat dengan rasa cemas.
Amerika Serikat menganggap Cina sebagai pesaing terbesarnya dan Rusia sebagai ancaman negara terbesarnya, sementara Presiden AS Joe Biden berpendapat bahwa abad ini akan ditentukan oleh persaingan eksistensial antara negara demokrasi dan otoriter.