Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Cerita dari Gaza: Komunikasi Sulit, Setiap Hari Menunggu Kabar Keluarga

image-gnews
Mohamad Yaqubi, sutradara asal Palestina di Festival Film Madani 2023 yang digelar di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, 11 Oktober 2023. TEMPO/Ilona Esterina
Mohamad Yaqubi, sutradara asal Palestina di Festival Film Madani 2023 yang digelar di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, 11 Oktober 2023. TEMPO/Ilona Esterina
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta -Mohanad Yaqubi, sutradara asal Palestina, setiap hari menunggu kabar dari keluarganya di Gaza di tengah pertempuran Hamas dengan Israel yang tengah berlangsung sejak Sabtu lalu. Setiap pagi, saudaranya berjalan sekitar setengah kilometer untuk sampai ke tempat yang lebih tinggi, mencari sinyal untuk dapat mengirimkan pesan, “Kami masih hidup.”

Sulit bagi Yaqubi untuk berkomunikasi dengan mereka, karena jaringan internet di Gaza kerap terputus, begitu juga aliran listrik dan air bersih.

Bahkan pada Rabu, listrik di Gaza padam setelah satu-satunya pembangkit listrik di wilayah yang diblokade itu berhenti berfungsi, Ketua Otoritas Energi Palestina Thafer Melhem mengatakan kepada radio Voice of Palestine.
 
“Sudah seperti itu selama tiga hari, kami menunggu pesan pada jam tujuh pagi. Seperti setelah malam pengeboman, tidak tahu apakah mereka masih hidup atau tidak. Kami tunggu saja pesannya,” kata Yaqubi saat wawancara dengan Tempo pada Rabu, 12 Oktober 2023 di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, tempat ia menjadi pengisi acara Madani International Film Festival 2023.

Film garapannya, Reels No. 21 AKA Restoring Solidarity, menjadi pembuka festival film tersebut, dan ia ditunjuk menjadi pembicara dalam diskusi panel.

“Untungnya saya mendapatkannya dua jam yang lalu… Jadi, pada jam dua siang hari ini, saya mendapat pesan dari saudara saya bahwa mereka masih hidup,” katanya.

Lahir sebagai anak pengungsi

Yaqubi mempunyai sekitar 60 sampai 70 anggota keluarga yang tinggal di Palestina, termasuk orang tua, dua saudara laki-laki, dan seorang saudara perempuan. Kakek-neneknya berasal dari Ahuzat Bayit, utara Jaffa, yang kini sudah menjadi kota metropolitan Tel Aviv.

Mereka diusir pada 1948, tahun didirikannya Negara Israel pada tanggal 5 Iyar di kalender Ibrani, atau disebut Yom Ha'atzmaut. Ayah Yaqubi lahir di Gaza sebagai pengungsi, dan ia lahir sebagai anak pengungsi.

“Saya tidak menjalani kesulitan seperti yang mereka jalani. Mereka tinggal di kamp pengungsian, mendapat jatah makanan terbatas… Saya tidak melalui itu, tetapi saya mendengar ceritanya. Itu menjadi bagian dari DNA saya,” katanya.

Selama masa kecilnya, ia tumbuh besar di berbagai negara. Orang tuanya berpindah-pindah dari Palestina ke Kuwait, Yordania, dan Mesir untuk bekerja. Mereka memutuskan untuk kembali ke Palestina setelah ditandatanganinya Perjanjian Damai Israel-Yordania pada 1994.

“Mereka tidak ingin pergi lagi. Karena perang, mereka ingin bertahan. Keluarga ada di sana, rumah ada di sana,” tuturnya.

“Lingkungan tempat saya dibesarkan sudah tidak ada lagi”

Yaqubi, 42 tahun, pindah dari Palestina enam tahun lalu bersama pasangannya untuk bekerja sebagai pengajar di Belgia. Sebelumnya, penduduk asli Gaza ini sempat tinggal di kampung halaman pasangannya di Ramallah, sementara keluarganya menetap di Gaza yang sedang digempur oleh misil sepanjang pekan ini.

Ia berbicara soal pengeboman karpet — istilah untuk pengeboman yang dilakukan berturut-turut layaknya karpet menutupi lantai — oleh Israel di Gaza. Dengan metode ini, Israel menghujani bom di tanah Gaza setiap 100 meter.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Lingkungan tempat saya dibesarkan sudah tidak ada lagi. Tadinya lingkungan itu seperti tempat ini. Penuh dengan gedung-gedung besar, bank, kedai kopi, kedai es krim favorit saya… Semuanya hilang. Mereka membuatnya hilang hanya dalam 48 jam,” ucapnya.

Sebelum pengeboman, kata Yaqubi, para penduduk biasanya mendapat pemberitahuan. Sehingga mereka bisa pindah ke tempat lain yang aman sampai pengeboman selesai, kemudian kembali untuk melihat apa yang tersisa.

“Mereka melakukan apa yang disebut dengan ‘mengetuk atap’, yaitu menembakkan rudal kecil ke atap gedung untuk memberi tahu orang-orang bahwa mereka punya waktu lima belas menit untuk mengosongkan gedung,” ujarnya.

Praktik mengetuk atap dilakukan oleh Pasukan Pertahanan Israel (IDF) selama Perang Gaza 2008-2009, operasi Israel pada 2012, dan Konflik Israel-Gaza 2014 untuk menargetkan rumah polisi atau pemimpin Hamas.

Konflik Sheikh Jarrah 2021

Terakhir kali Yaqubi mengunjungi Gaza adalah pada 2021, setelah adanya rentetan kekerasan yang berlangsung selama sebelas hari, dipicu oleh unjuk rasa warga Palestina atas keputusan Mahkamah Agung Israel perihal penggusuran enam keluarga Palestina di lingkungan Sheikh Jarrah.

“Israel mengebom banyak tempat termasuk rumah tetangga kami, di samping rumah keluarga saya. Ada 15 orang yang tinggal di sana — dua keluarga — dan mereka tidak diberi tahu. Semuanya lenyap,” kata dia.

Dua pekan berada di kampung halaman, ia mengaku berat rasanya untuk berdiri di balkon rumah. Sebab, ia terbiasa melihat orang-orang yang sudah menjadi tetangganya sejak tahun 1980-an dan menyapa mereka dengan ucapan selamat pagi.

“Tiba-tiba, setelah 30 tahun, saya membuka jendela dan tidak melihat mereka lagi,” katanya.

Tinggal bersebelahan, rumah tetangganya biasanya menutupi sinar matahari menuju rumah keluarga Yaqubi. Setelah rumah itu runtuh, ibu Yaqubi menaruh tanaman di tempat yang kini langsung terpapar sinar matahari.

Ia berkata, “Itu membuat saya berpikir tentang bagaimana kuatnya orang-orang kami. Bagaimana kami terus maju, layaknya tanaman terus tumbuh. Mereka akan terus melawan kami, tetapi kami akan muncul seperti tanaman dari celah-celah kecil.”

Pilihan Editor: Putin Nilai Konflik Israel Palestina Manifestasi Ketidakadilan

NABIILA AZZAHRA A. | ILONA ESTERINA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Top 3 Dunia; Gedung Putih Sebut Tel Aviv Siap-siap Serang Rafah

47 menit lalu

Warga Palestina memeriksa lokasi serangan Israel di sebuah rumah, di tengah konflik antara Israel dan Hamas, di Rafah, di selatan Jalur Gaza 5 Mei 2024. REUTERS/Hatem Khaled
Top 3 Dunia; Gedung Putih Sebut Tel Aviv Siap-siap Serang Rafah

Top 3 dunia, di urutan pertama berita tentang Pemerintah Israel yang bersikukuh akan menyerang Rafah.


Israel Resmi Menutup Operasional Al Jazeera

10 jam lalu

Gedung al-Jalaa yang menampung kantor media Associated Press (AP) dan Al Jazeera dilanda serangan udara Israel di Kota Gaza, 15 Mei 2021. Israel menghancurkan blok menara 12 lantai di Gaza yang menampung kantor Associated Press yang berbasis di AS dan media berita lainnya pada hari Sabtu, dengan mengatakan bangunan itu juga digunakan oleh kelompok militan Islam Hamas. REUTERS/Ashraf Abu Amrah
Israel Resmi Menutup Operasional Al Jazeera

Lewat pemungutan oleh anggota parlemen Israel, operasional Al Jazeera di Israel resmi ditutup karena dianggap menjadi ancaman keamanan


Lagi, Benjamin Netanyahu Menolak Tuntuan Hamas untuk Mengakhiri Perang Gaza

11 jam lalu

Perdana Menteri Isael, Benjamin Netanyahu dan Pemimpin group Hamas, Ismail Haniyeh. REUTERS/Ronen Zvulun dan Majid Asgaripour/WANA (West Asia News Agency) via REUTERS
Lagi, Benjamin Netanyahu Menolak Tuntuan Hamas untuk Mengakhiri Perang Gaza

Benjamin Netanyahu menolak tuntutan Hamas yang ingin mengakhiri perang Gaza untuk ditukar dengan pembebasan sandera


Pengakuan Palestina sebagai Negara Berdaulat akan Jadi Pukulan Telak bagi Israel

15 jam lalu

Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menerima kunjungan kerja Menteri Luar Negeri Turkiye Hakan Fidan di Turki, 1 Mei 2024. Sumber: dokumen Kementerian Luar Negeri RI
Pengakuan Palestina sebagai Negara Berdaulat akan Jadi Pukulan Telak bagi Israel

Menteri Luar Negeri Turkiye sangat yakin pengakuan banyak negara terhadap Palestina sebagai sebuah negara akan menjadi pukulan telak bagi Israel


Lagi, Warga Israel Unjuk Rasa Menuntut Sandera yang Ditahan Hamas Dibebaskan

16 jam lalu

Para pengunjuk rasa melakukan aksi duduk untuk mendukung warga Palestina, selama konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas, di Texas State University di San Marcos, Texas, AS 29 April 2024. REUTERS/Nuri Vallbona
Lagi, Warga Israel Unjuk Rasa Menuntut Sandera yang Ditahan Hamas Dibebaskan

Ribuan warga Israel berunjuk rasa di Tel Aviv menuntut Benjamin Netanyahu menerima proposal gencatan senjata Hamas demi dibebaskannya sandera


Retno Marsudi Singgung Isu Palestina di KTT OKI

18 jam lalu

Menlu RI, Retno LP Marsudi memaparkan hasil pertemuan Sidang Dewan Menteri Luar Negeri Negara-negara OKI pada pembukaan KTT Luar Biasa ke-5 OKI di JCC, Senayan, Jakarta, 7 Maret 2016. TEMPO/Subekti
Retno Marsudi Singgung Isu Palestina di KTT OKI

Retno Marsudi mengingatkan seluruh negara anggota OKI berutang kemerdekaan kepada rakyat Palestina.


Pembicaraan Damai Hamas dan Israel Dimulai Lagi

19 jam lalu

Bangunan-bangunan yang hancur menjadi reruntuhan di Gaza tengah, di tengah konflik antara Israel dan Hamas, dekat perbatasan Israel-Gaza, 13 Januari 2024. Sejak perang pecah infrastruktur di Gaza porak-poranda. Rumah sakit dibombardir, jaringan telekomunikasi diputus, tak ada akses ke air bersih dan makanan. REUTERS/Amir Cohen
Pembicaraan Damai Hamas dan Israel Dimulai Lagi

Hamas tak berharap banyak pada pembicaraan damai kali ini karena Israel masih bersikukuh pada sikapnya yang tak mau mengakhiri perang Gaza.


Top 3 Tekno: Kenaikan UKT, Proyek Google untuk Israel, Polusi Udara dan Cina

21 jam lalu

Mahasiswa ITB menggelar aksi menolak skema pembayaran uang kuliah melalui platform pinjaman online di depan gedung Rektorat ITB, Bandung, Senin, 29 Januari 2024. Keluarga Mahasiswa ITB mencatat ada 120 orang mahasiswa yang menunggak Uang Kuliah Tunggal atau UKT dan terancam tidak bisa mengikuti kuliah atau dipaksa cuti kuliah. TEMPO/Prima Mulia
Top 3 Tekno: Kenaikan UKT, Proyek Google untuk Israel, Polusi Udara dan Cina

Berita tentang kenaikan UKT di ITB masih mengisi Top 3 Tekno Berita Terkini.


Mahasiswa Irlandia Berkemah di Trinity College Dublin untuk Protes Pro-Palestina

22 jam lalu

Seorang demonstran memimpin nyanyian di perkemahan protes untuk mendukung warga Palestina, selama konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas, di Universitas Washington di Seattle, Washington, AS 29 April 2024. REUTERS/David Ryder
Mahasiswa Irlandia Berkemah di Trinity College Dublin untuk Protes Pro-Palestina

Mahasiswa Irlandia mendirikan perkemahan di Trinity College Dublin untuk memprotes serangan Israel di Gaza.


Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

1 hari lalu

Presiden AS Joe Biden besama mantan presiden AS Barack Obama meninggalkan Air Force One di Bandara Internasional John F Kennedy di New York, AS 28 Maret 2024. REUTERS
Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

Berita Top 3 Dunia pada Sabtu 4 Mei 2024 diawali penolakan India soal tudingan xenofobia oleh Presiden AS Joe Biden