TEMPO.CO, Jakarta - Kemampuan Badan Intelijen dan Keamanan Israel tengah disorot dunia internasional. Intelijen Israel disebut gagal mengantisipasi serangan besar-besaran yang dilancarkan kelompok Hamas Palestina, pada Sabtu, 7 Oktober 2023. Apa penyebabnya?
Dikutip dari laman Organisasi Penyiaran Nirlaba Amerika Serikat (NPR), sekitar 1.000 militan menembaki warga sipil di wilayah Israel yang belum pernah terjadi sebelumnya. Sementara menurut media Israel, sedikitnya 700 warga sipil tewas dan lebih dari 2.100 orang terluka.
Israel pun membalas serangan di jalur Gaza, sehingga lebih dari 400 warga Palestina tewas dan lebih dari 2.300 orang luka-luka. Namun, jumlah korban tewas kemungkinan akan bertambah seiring dengan berlanjutnya gencatan senjata.
“Tidak ada badan intelijen nasional yang tahu segalanya atau tanpa cela, tapi ini hanyalah kegagalan besar. Sungguh mengherankan hal ini bisa terjadi,” kata peneliti senior bidang kontra terorisme dan keamanan dalam negeri di Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat, Bruce Hoffman.
Israel telah lama dengan bangga menjaga pagar perbatasan dan tembok bawah tanah di dekat Gaza menggunakan teknologi canggih. Akan tetapi, pejuang Hamas berhasil menembus perbatasan dengan memakai bahan peledak dan alat berat. Para militan juga diketahui melakukan operasi amfibi di Laut Mediterania.
Hamas pun mengirimkan personelnya untuk mencapai wilayah Israel menggunakan paralayang. Ribuan roket yang diluncurkan sukses mengejutkan badan intelijen setempat. Pasalnya, Israel mengklaim mampu mendengarkan hampir seluruh panggilan telepon di Gaza dan mempunyai banyak informan di Palestina.
“Mereka sudah merencanakan hal ini sejak lama. Jelas ini merupakan serangan yang sangat terkoordinasi dan sayangnya mereka mampu mengejutkan kami secara taktis, serta menimbulkan kerusakan amat parah,” ucap mantan Penasihat Keamanan Nasional Israel Eyal Hulata kepada Reuters.