Bantuan Internasional
Wali Eddin Mohamed Adam, 24, seorang pekerja pabrik batu bata asal Sudan yang tinggal di pinggiran Derna, terbangun karena semburan air pada malam terjadinya badai dan bergegas ke pusat kota dan mendapati kota itu sudah hilang. Sembilan rekan kerjanya lenyap, dan sekitar 15 lainnya kehilangan keluarga, katanya.
“Semuanya tersapu lembah hingga ke laut,” ujarnya. “Semoga Tuhan mengampuni mereka dan memberi mereka surga.”
Tim penyelamat tiba dari Mesir, Tunisia, Uni Emirat Arab, Turki dan Qatar. Di antara negara pengirim bantuan, Turki mengirimkan kapal yang membawa peralatan untuk mendirikan dua rumah sakit lapangan. Italia mengirimkan tiga pesawat perbekalan dan personel, serta dua kapal angkatan laut yang kesulitan bongkar muat karena pelabuhan Derna yang dipenuhi puing-puing hampir tidak dapat digunakan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan akan mengeluarkan US$2 juta dari dana daruratnya untuk mendukung para korban, dan menyebut banjir sebagai “bencana yang sangat besar”. Ia menambahkan bahwa pihaknya akan mengirimkan pasokan trauma, bedah dan darurat dari pusat logistiknya di Dubai.
Upaya penyelamatan terhambat oleh keretakan politik di negara berpenduduk 7 juta orang, perang yang terus-menerus terjadi, dan tidak adanya pemerintah yang dapat menjangkau secara nasional sejak pemberontakan yang didukung NATO menggulingkan Muammar Gaddafi pada tahun 2011.
Pemerintah Persatuan Nasional (GNU) yang diakui secara internasional berbasis di Tripoli, di barat. Pemerintahan paralel beroperasi di timur, di bawah kendali Tentara Nasional Libya pimpinan Khalifa Haftar, yang gagal merebut Tripoli dalam pengepungan berdarah selama 14 bulan yang terjadi pada 2020.
Kota Derna terutama sangat kacau, dikuasai oleh kelompok-kelompok Islam bersenjata, termasuk ISIS, sebelum dengan mudah dibawa ke bawah kendali Haftar.
Delegasi menteri GNU diperkirakan akan tiba di Benghazi di wilayah timur pada Kamis untuk menunjukkan solidaritas dan mendiskusikan upaya bantuan, sebuah kejadian yang jarang terjadi sejak parlemen yang berbasis di wilayah timur tersebut menolak pemerintahan mereka tahun lalu.
Dilihat dari ketinggian di atas Derna, pusat kota yang dulu padat penduduknya kini menjadi bumi berbentuk bulan sabit yang luas dan datar dengan hamparan lumpur. Tidak ada apa pun selain puing-puing dan jalan yang rusak yang tersisa pada Kamis di lokasi bendungan yang pernah melindungi kota tersebut. Dasar sungai di gurun, atau wadi, sudah surut kembali.
REUTERS
Pilihan Editor: Paspampres Kim Jong Un Semprot Kursi untuk Kim Jong Un sebelum Bertemu Putin