Harapan Mulai Pudar
Hamid Ait Bouyali, 40 tahun, juga berkemah di pinggir jalan. Katanya, desa-desa terpencil yang terdampak paling parah kurang mendapat fokus dari pihak berwenang.
“Pihak berwenang berfokus pada komunitas yang lebih besar dan bukan pada desa-desa terpencil yang terkena dampak paling parah,” katanya. “Ada beberapa desa yang masih memiliki jenazah yang terkubur di bawah reruntuhan.”
Harapan untuk menemukan korban selamat semakin memudar. Salah satunya karena banyak rumah bata lumpur tradisional di High Atlas hancur menjadi puing-puing tanpa meninggalkan ruang untuk udara.
Sejak gempa, banyak penduduk desa yang tidak memiliki listrik atau jaringan telepon. Mereka harus menyelamatkan orang-orang tercinta dan mengeluarkan mayat-mayat yang terkubur di bawah reruntuhan rumah mereka tanpa bantuan siapa pun.
Dalam situasi kurangnya bantuan dari pemerintah, warga pun turun tangan membantu satu sama lain. Brahim Daldali, 36 tahun, dari Marrakesh, menggunakan sepeda motor untuk mendistribusikan makanan, air, pakaian dan selimut yang disumbangkan oleh teman-teman dan orang asing.
“Mereka tidak punya apa-apa dan rakyat kelaparan,” katanya.
Keberuntungan dialami para penduduk di salah satu desa, Kettou. Desa mereka hancur akibat gempa, namun semuanya selamat berkat perayaan pernikahan yang membuat mereka meninggalkan rumah batu dan bata lumpur untuk menikmati musik tradisional di halaman luar.