TEMPO.CO, Jakarta - Antrean panjang di restoran sushi di Hong Kong, Jumat, 25 Agustus 2023, mendukung pernyataan banyak orang yang mengatakan mereka tidak khawatir tentang pelepasan air radioaktif yang telah diolah dari pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Jepang dan akan terus mengunjungi restoran Jepang.
Lebih dari 20 pelanggan telah berkumpul di distrik Sheung Wan di pusat keuangan Asia menunggu waktu pembukaan rantai sushi conveyor belt, Sushiro, pada pukul 10.30, sementara puluhan pelanggan datang pada pukul 12 siang, meskipun harus menunggu selama satu jam.
“Saya tidak terlalu khawatir dengan radiasi,” kata salah satu peserta antrean, Verita, 22 tahun, yang hanya menyebutkan satu nama.
"Moderasi adalah kunci dalam segala hal, bukan? Kadang-kadang makan di luar (untuk sushi)... seharusnya tidak menimbulkan risiko yang signifikan."
Larangan impor makanan laut dari 10 wilayah Jepang di Hong Kong dimulai pada Kamis, dan pihak berwenang mengatakan hal itu merupakan tindakan pencegahan untuk menjaga kesehatan masyarakat.
Jepang mulai membuangnya pada hari yang sama ke Samudera Pasifik, sebuah langkah polarisasi yang memicu kritik keras dari Cina yang menganggapnya "egois dan tidak bertanggung jawab".
Kota yang dikuasai Cina ini mengizinkan impor makanan dari 13 wilayah Jepang lainnya tetapi harus menjalani tes dan pemantauan ketat, dengan tingkat radiasi harian dipublikasikan secara online, kata pemerintah.
Sebagai pasar ekspor pertanian dan perikanan terbesar kedua di Jepang setelah Cina daratan, Hong Kong memiliki banyak restoran Jepang yang populer, sementara negara ini adalah tujuan liburan favorit bagi banyak orang.
Cina Daratan mengatakan telah menangguhkan impor semua produk akuatik yang berasal dari Jepang.
Di supermarket Hong Kong pada Jumat, sashimi dan makanan laut diberi label yang jelas berdasarkan tempat asalnya, menunjukkan bahwa banyak produk tersebut berasal dari Argentina, Kanada, dan Norwegia.
Billy Tse, 20, yang sedang mengantre untuk “penyajian” sushi, mengatakan bahwa masyarakat Hong Kong mungkin sudah mengonsumsi air yang terkontaminasi oleh emisi nuklir Cina sendiri.
“Saya pribadi tidak akan mengkhawatirkan masalah seperti makan makanan laut mentah dari Jepang,” tambahnya. “Bahkan jika Jepang membuang air limbah nuklir, saya akan tetap datang ke sini untuk makan.”
REUTERS
Pilihan Editor: Moskow Yakin Hubungan Militer Rusia dan Iran Tak Goyah terhadap Tekanan AS