TEMPO.CO, SEOUL/TOKYO – Upaya kedua Korea Utara untuk menempatkan satelit mata-mata di orbit pada Kamis, 24 Agustus 2023, tidak berjalan dengan mulus setelah pendorong roket mengalami masalah pada tahap ketiga. Otoritas antariksa Pyongyang berjanji untuk mencobanya lagi pada Oktober mendatang.
“Penerbangan roket tahap pertama dan kedua normal, namun peluncuran gagal karena kesalahan dalam sistem peledakan darurat selama penerbangan tahap ketiga,” kata kantor berita negara KCNA tentang peluncuran Kamis.
Korea Utara, negara yang mempunyai senjata nuklir ini berupaya untuk menempatkan satelit mata-mata militer pertamanya ke orbit. Pyongyang merencanakan armada satelit untuk memantau pergerakan pasukan AS dan Korea Selatan.
Peluncuran tersebut memicu peringatan darurat di Jepang sebelum jam 4 pagi waktu setempat (1900 GMT) melalui sistem penyiaran J-alert. Perangkat itu memberitahukan penduduk di prefektur paling selatan, Okinawa, untuk berlindung.
Sekitar 20 menit setelah peringatan tersebut, pemerintah Jepang menindaklanjuti dengan pemberitahuan bahwa rudal tersebut telah lewat dan mencabut peringatan darurat. Dalam konferensi pers yang disiarkan televisi, Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Hirokazu Matsuno mengatakan peluncuran rudal yang berulang kali merupakan ancaman terhadap keamanan regional. “Kami akan memprotes keras Korea Utara dan mengutuknya sekeras-kerasnya,” katanya.
Matsuno mengatakan sebagian roket jatuh ke Laut Kuning, Laut Cina Timur, dan Samudera Pasifik. Badan Pengembangan Dirgantara Nasional (NADA) Korea Utara mengatakan pihaknya akan menyelidiki dan mengambil langkah-langkah untuk memperbaiki penyebab kegagalan pada Kamis tersebut. Namun hal tersebut “bukan masalah besar” dalam hal keandalan sistem roket secara keseluruhan.
“NADA menyatakan pendiriannya bahwa mereka akan melakukan peluncuran satelit pengintaian ketiga pada bulan Oktober setelah menyelidiki alasannya secara menyeluruh dan mengambil tindakan,” lapor KCNA.
Militer Korea Selatan mengatakan pihaknya melacak penerbangan tersebut sejak peluncurannya di Tempat Peluncuran Satelit Sohae milik Korea Utara dan menyimpulkan bahwa penerbangan tersebut gagal. Seoul sedang berusaha menemukan dan berpotensi menyelamatkan puing-puing.
Dewan Keamanan Nasional Korea Selatan mengutuk peluncuran tersebut sebagai provokasi dan pelanggaran terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB yang melarang penggunaan teknologi rudal balistik oleh Korea Utara. Gedung Putih mengutuk peluncuran tersebut karena melanggar beberapa resolusi Dewan Keamanan PBB, sementara Departemen Luar Negeri AS mendesak Korea Utara untuk menahan diri dari “aktivitas ancaman lebih lanjut” dan menyerukan Pyongyang untuk terlibat dalam diplomasi yang serius.
“Kendaraan peluncuran luar angkasa (SLV) menggunakan teknologi yang identik dan dapat dipertukarkan dengan teknologi yang digunakan dalam rudal balistik, termasuk rudal balistik antarbenua (ICBM),” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS dalam sebuah pernyataan.
REUTERS