TEMPO.CO, Jakarta - Seorang korban pesawat jatuh di Malaysia mengunggah swafoto atau selfie ke grup keluarga sebelum kecelakaan terjadi. Menurut seorang keluarganya, foto itu adalah foto terakhir sebelum peristiwa tragis itu terjadi.
Shaharul Amir Omar, 49, salah satu korban, bepergian menunggangi jet pribadi bersama Johari Harun, seorang politikus. Mereka mengatur penerbangan itu sebagai hadiah untuk karyawannya.
Pesawat mereka menukik ke landasan di kota Elmina di Shah Alam, provinsi Selangor, tak lama sebelum jam 3 sore waktu setempat setelah berangkat dari Langkawi, pulau tujuan wisata. Kecelakaan itu menyebabkan delapan penumpang dan dua orang yang berada di lokasi kejadia, tewas di tempat.
Saudara Amir, Norsyahirah, 29, mengatakan kakaknya seperti memiliki firasat akan mati. Sebabnya dia jarang mengirim selfie ke obrolan grup keluarga mereka.
"Dia belum pernah berbagi selfie sebanyak ini sebelumnya di grup obrolan WhatsApp keluarga kami," katanya kepada outlet Malaysia The Star. "Dia biasanya mengirimkan foto tempat-tempat yang dia kunjungi. Mungkin dia tahu waktunya akan segera berakhir."
Nama-nama penumpang lain yang tewas dalam kecelakaan itu adalah Shahrul Kamal Roslan dan Heikal Aras Abdul Azim, keduanya pilot pesawat terbang. Lainnya adalah Kharil Azwan Jamaludin, Mohamad Naim Fawwaz Mohamed Muaidi, Muhammad Taufiq Mohd Zaki dan Idris Abdol Thalib, menurut The Star Malaysia.
Video mengejutkan dari kecelakaan kemarin menunjukkan bagaimana pesawat meledak menjadi api saat menabrak beton. Setelah itu puing-puing terlihat mengepulkan asap hitam setelah berbelok dari jalan dan ke ambang rumput terdekat.
Kepala polisi distrik Shah Alam Mohamad Iqbal Ibrahim membenarkan bahwa semua penumpang di pesawat tewas, serta sepasang pengendara. "Untuk saat ini, saya dapat mengatakan setidaknya 10 orang tewas dalam kecelakaan pesawat. Dua pengendara yang lewat, satu penumpang di mobil dan satu penumpang di sepeda motor, juga tewas bersama delapan orang di dalam pesawat," kata Ibrahim.
Menteri Perhubungan Anthony Loke mengatakan Jumat bahwa perekam suara kokpit (CVR), yang ditemukan Kamis malam, sedang dianalisis. Insiden itu akan diselidiki.
CVR merekam apa yang terjadi di kokpit, termasuk percakapan terakhir awak pesawat dan suara lainnya. “Saya telah menginstruksikan agar penyelidikan dipercepat dan dilakukan secara menyeluruh. Kami akan mempublikasikan hasilnya sesegera mungkin setelah analisis selesai," katanya kepada wartawan.
Seperti beberapa pesawat kecil lainnya, pesawat itu hanya dilengkapi dengan CVR, dan tidak memiliki perekam data penerbangan, kata kepala polisi Malaysia Razarudin Hussein. Dia mengatakan operasi pencarian hampir seluruhnya selesai. "Kami juga menemukan 10 mayat dan lima bagian tubuh. Ini berarti kami telah menyelesaikan pencarian kami untuk para korban. Jenazah dan bagian tubuhnya akan dikirim ke Rumah Sakit Tengku Ampuan Rahimah di Klang untuk pemeriksaan mayat," kata Hussein kepada wartawan di tempat kejadian.
Foto-foto dari tempat kejadian menunjukkan bagaimana pesawat telah hancur sebagian setelah benturan brutal. Puing-puing sepeda motor yang hangus tergeletak di jalan.
Kepala polisi distrik Ibrahim mengatakan penerbangan lepas landas sekitar pukul 14:08 dari Langkawi yang terletak sekitar 250 mil ke utara kecelakaan. Pesawat sebelumnya dijadwalkan mendarat di Bandara Sultan Abdul Aziz Shah di Subang pada pukul 14:49.
Mohamad Syahmie Mohamad Hashim, mantan anggota angkatan udara Malaysia, mengatakan dia melihat pesawat terbang tidak menentu. "Tidak lama setelah itu saya mendengar ledakan keras," katanya kepada wartawan.
Menurut Kepala Polisi Selangor Omar Khan, tidak ada panggilan darurat dari pesawat sebelum kecelakaan. Pesawat itu telah diberi izin untuk mendarat dan hanya berjarak dua menit dari bandara tujuan.
DAILY MAIL | THE STAR
Pilihan Editor: Sergei Lavrov: Senjata Nuklir Rusia untuk Tanggapi Ancaman