TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah generasi muda di Cina banyak yang kini memilih jadi anak purna waktu. Alih-alih bekerja di kantor, mereka tinggal di rumah mengurus orang tua dan mendapat gaji dari mereka.
Salah satunya adalah vlogger Zhang Jiayi. Sejak awal tahun, hari kerjanya adalah seperti ini. Setiap pagi ia menemani orang tuanya jalan pagi dan ke pasar untuk membeli bahan makanan. Ia lalu menyiapkan makan siang, dilanjutkan lalu tidur siang sebelum mengurus pekerjaan lain.
Wanita berusia 31 tahun itu adalah "putri penuh waktu", sebuah konsep dan tagar media sosial, yang muncul saat pengangguran kaum muda Cina di kota-kota mencapai rekor tertinggi. Setiap bulan, orang tua Zhang membayarnya 8.000 yuan atau sekitar Rp 16,9 juta sebulan. Gajinya itu 20 persen lebih rendah dari upah rata-rata di kotanya, Hangzhou.
"Pekerjaan seorang anak penuh waktu, bukan hanya tentang menerima gaji atau segala bentuk kompensasi dari orang tua”, katanya. “Ini tentang benar-benar menikmati proses bersama orang tuamu dan ingin selalu ada untuk mereka.”
Zhang Jiayi nge-vlog sambil mengajak orang tuanya jalan-jalan.
Ia mengatakan ekpada program Money Mind yang mengulas tentang kisah pengangguran kaum muda Cina, bahwa gaji dari orang tuanya itu layak.
Angka pengangguran di antara usia 16 hingga 24 tahun di daerah perkotaan Cina naik menjadi 21,3 persen pada Juni, dibandingkan dengan 4,1 persen di antara mereka yang berusia 25 hingga 59 tahun, menurut Biro Statistik Nasional Cina . Saat angkatan baru yang terdiri dari 11,6 juta lulusan bergabung dengan angkatan kerja musim panas ini, jumlah pengangguran bisa lebih tinggi lagi.
Ekonomi Cina terpukul dalam akibat pandemi yang menyebabkan banyak anak muda menganggur. Pendaftaran pendidikan tinggi meningkat dari 30 persen pada tahun 2012 menjadi hampir 60 persen tahun lalu, menurut angka resmi.
"Mereka dididik dan dibesarkan untuk pekerjaan kelas atas, pekerjaan teknologi atau pekerjaan yang membutuhkan pendidikan tinggi," kata Nancy Qian, Profesor Ekonomi Manajerial dan Ilmu Keputusan James J O'Connor di Universitas Northwestern di Amerika Serikat.
Cina menghadapi ketidaksesuaian struktural di pasar tenaga kerja karena minat di bidang manufaktur turun, di tengah rekor pengangguran kaum muda yang tinggi. Akibatnya banyak lulusan universitas termasuk pemegang gelar master, bekerja sebagai pengemudi transportasi online dan pekerja pengiriman makanan.
CHANNEL NEWS ASIA
Pilihan Editor: Arab Saudi Kirim Bantuan Makanan untuk Warga Sudan