TEMPO.CO, Jakarta – ASEAN Intercultural and Interreligious Dialogue Conference atau IIDC yang dilangsungkan di Jakarta pada Senin, 7 Agustus 2023, menekankan perlunya harmonisasi di tengah perbedaan yang terjadi dalam masyarakat Asia Tenggara dan tantangan global.
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Yahya Cholil Staquf saat jumpa pers usai konferensi tersebut mengatakan forum ini adalah suatu upaya mengembangkan harmoni untuk keamanan, stabilitas, dan kemakmuran di kawasan.
IIDC berlangsung dalam tiga panel diskusi dengan dihadiri lebih kurangi 200 partisipan termasuk para pemimpin agama dari negara-negara anggota ASEAN dan mitra. Pokok pembahasan termasuk penghidupan kembali wacana persatuan negara-negara jiran dan Indo-Pasifik dalam kerangka budaya hingga penguatan blok sebagai pusat perdamaian, toleransi, dan harmoni.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam pidatonya mengatakan, di kawasan yang sangat beragam seperti Asia Tenggara, dialog sangat penting untuk menjembatani saling pengertian dan mendorong saling menghormati.
Pernyataan bersama forum ini juga menggarisbawahi, dialog antaragama dan antarbudaya yang terbuka, konstruktif, dan penuh hormat sangat penting jika kita ingin mempromosikan dan memupuk toleransi, rasa hormat, dan budaya damai.
Kondisi ini diyakini dapat memfasilitasi pemahaman yang lebih baik di antara orang-orang di dalam negara masing-masing.
Gus Yahya, sapaan akrab Ketua Umum PBNU, menyebut forum ini bukan hanya sekedar dialog, tapi ingin mendorong peningkatan kerja sama antar masyarakat, juga yang erat dengan pemerintah dari negara-negara ASEAN. Ia menyoroti peran penting perempuan dan kaum muda dalam pembangunan nilai-nilai bersama.
Sementara, Direktur Kerja Sama ASEAN Kementerian Luar Negeri Sidharto Suryodipuro melihat IIDC sebagai upaya blok membangun identitas bersama di antara negara Asia Tenggara – dengan orientasi yang berpusat pada rakyat.
“Ini juga akan membekali ASEAN dalam menghadapi situasi kawasan yang dinamis, memerlukan ASEAN persatuannya makian kuat, sentralitasnya makin kuat,” kata Sidharto dalam jumpa pers.
ASEAN secara internal tahun ini disibukkan dengan upayanya membereskan krisis Myanmar, di tengah tujuannya untuk menjadi pusat pertumbuhan ekonomi dunia.
Blok juga terjepit di antara kepentingan dua negara besar China dan Amerika Serikat yang membuat kawasan menjadi tegang karena sengketa keduanya dapat membuat negara-negara anggota terdampak langsung.
Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengharapkan ASEAN dapat menjadi teladan toleransi dan persatuan, di tengah kondisi dunia yang tidak baik-baik saja. Dalam pidato pembukaan IIDC, ia menyinggung data soal konflik global yang semakin marak dan kecenderungan dunia yang makin tidak religius.
Jokowi mengaku yakin bahwa masyarakat ASEAN memiliki semangat keagamaan yang makin meningkat. “Saya yakin, ASEAN mampu.. bukan hanya menjadi epicentrum of growth, tapi jadi epicentrum of harmony yang menjaga stabilitas kawasan dan perdamaian dunia,” kata Jokowi.
DANIEL A. FAJRI
Pilihan Editor: Mantan Utusan Khusus PBB Protes Maraknya Aksi Pembakaran Al Quran