TEMPO.CO, Jakarta - Harga cokelat diprediksi mengalami kenaikan hingga ke level tertinggi dalam lebih dari 12 tahun terakhir menyusul kenaikan harga buah kakao yang menjadi bahan utama pembuatan cokelat. Kondisi ini juga menimbulkan kekhawatiran kalau stok cokelat bakal semakin berkurang.
Harga buah kakao di New York cocoa futures mengalami kenaikan menjadi USD 3.552 (Rp 53 juta) per metrik ton. Sebelumnya harga tertinggi menyentuh USD 3.596 atau tertinggi sejak Maret 2011. Sejumlah ahli mengkaitkan kenaikan harga buah kakao ini dengan penurunan suplai dunia terhadap kakao.
“Saya rasa kami belum pernah mengalami defisit selama tiga tahun berturut-turut,” kata analis bidang komoditas Judith Ganes, yang juga menambahkan tanaman kakao yang ditanam di wilayah barat Afrika berisiko mengalami penurunan produksi.
Penurunan pasokan buah kakao dipicu oleh penggunaan pupuk yang lebih sedikit oleh para petani karena harga pupuk yang mahal dan cuaca ekstrim yang mengancam panen buah kakao. Pengekspor buah kakao terbanyak berasal dari Pantai Gading dan Ghana. Sejumlah ahli juga memprediksi bakal ada musim kemarau pada November 2023 mendatang karena badai El Nino biasanya mengurangi curah hujan di wilayah Afrika Barat.
Panen buah kakao di Pantai Gading pada 2023 ini diprediksi akan anjlok sampai 20 persen dibanding tahun sebelumnya. Sedangkan di Ghana, produksi kakao akan turun di bawah rata-rata dalam sejarah negara itu. kekurangan pasokan buah kakao ini telah membuat Lint dan Hershey Co menerbitkan peringatan kemungkinan harga cokelat.
Krisis buah kakao bukan hanya berdampak pada jumlah produk yang dihasilkan, namun juga kualitas. Bukan hanya itu, hal ini juga bisa memicu kenaikan harga. Perusahaan – perusahaan yang menjual cokelat kemungkinan akan mengurangi ukuran produk-produk cokelat batangan mereka.
Sumber: RT.com
Pilihan Editor: 7 Street Food di Belahan Dunia yang Menggugah Selera
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.