TEMPO.CO, PARIS – Presiden Prancis Emmanuel Macron memperingatkan soal imperialisme baru di Pasifik saat kunjungan ke wilayah tersebut. Ia mencela perilaku predator kekuatan besar di regional, di tengah upaya Cina memperluas hubungan perdagangan dan keamanan.
Macron menjadi presiden pertama Prancis yang mengunjungi Vanuatu sejak Charles de Gaulle di era perang. Saat berada di negara Pasifik itu pada Kamis, 27 Juli 2023, Macron menegaskan Prancis akan bekerja bahu-membahu dengan negara-negara di kawasan itu untuk mempertahankan kemerdekaan mereka.
“Ada di Indo-Pasifik, terutama di Oseania, imperialisme baru muncul dan logika kekuatan yang mengancam kedaulatan banyak negara, yang terkecil dan seringkali yang paling rapuh,” kata Macron, tanpa menyebut nama negara mana pun.
“Dunia modern mengguncang kedaulatan dan kemerdekaan Indo-Pasifik. Pertama, karena predasi kekuatan besar. Kapal asing menangkap ikan secara ilegal di sini. Di kawasan ini, banyak pinjaman dengan kondisi Leonine mencekik pembangunan,” ujarnya menambahkan.
Prancis memiliki wilayah kepulauan yang mencakup Indo-Pasifik termasuk Polinesia Prancis. Paris telah meningkatkan hubungan pertahanan dengan India dan negara-negara lain di kawasan itu sebagai bagian dari langkah untuk melawan pengaruh Cina.
Negara-negara Kepulauan Pasifik sedang dirayu oleh Cina, pemberi pinjaman infrastruktur besar yang mencapai pakta keamanan dengan Kepulauan Solomon tahun lalu. Ada juga kekuatan besar lain seperti Amerika Serikat, yang membuka kembali kedutaan yang ditutup sejak Perang Dingin.
Berencana Kunjungi Papua Nugini
Dana Moneter Internasional (IMF) menyebut Cina telah menjadi negara pemberi pinjaman infrastruktur utama bagi negara-negara Kepulauan Pasifik termasuk Vanuatu selama satu dekade terakhir. Kreditur terbesar Vanuatu adalah bank EXIM Cina, yang menyumbang sepertiga dari utang.
Washington telah meningkatkan patroli dan pengawasan Penjaga Pantai Amerika Serikat untuk penangkapan ikan ilegal di pulau-pulau Pasifik, setelah khawatir dengan ambisi Angkatan Laut Cina.
Setelah Vanuatu, Macron dijadwalkan tiba di Papua Nugini pada Kamis malam 27 Juli 2023, menyusul Menteri Pertahanan Amerika Serikat Lloyd Austin, yang berada sudah berada di Port Moresby pada Kamis pagi.
Sebelumnya pada Mei 2023, Amerika Serikat dan Papua Nugini menandatangani perjanjian pertahanan yang menetapkan kerangka kerja bagi Washington untuk memperbarui pelabuhan dan bandara PNG untuk penggunaan militer dan sipil.
Amerika Serikat dan sekutunya berusaha mencegah negara-negara Kepulauan Pasifik menjalin hubungan keamanan dengan Cina, kekhawatiran yang meningkat di tengah ketegangan atas Taiwan. Penasihat Macron mengatakan Prancis dapat menjadi alternatif dan membantu negara-negara kepulauan mendiversifikasi kemitraan mereka tanpa menjadi terlalu bergantung pada satu negara.
REUTERS
Pilihan Editor: JakLingko Dinobatkan sebagai Finalis Transport Ticketing Global Awards 2023 di Inggris