TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah koalisi Jerman berselisih apakah akan tunduk pada tekanan Inggris dan menyetujui produksi jet tempur Eurofighter Typhoon untuk Arab Saudi, surat kabar Welt Am Sonntag melaporkan pada Sabtu 1 Juli 2023, mengutip sumber anonim.
Seperti dikutip Reuters, kesepakatan yang dicapai oleh Riyadh dan BAE Systems lima tahun lalu adalah agar pembuat senjata itu memasok 48 jet semacam itu. Namun, kesepakatan itu ditunda karena perang di Yaman, di mana pasukan Arab pimpinan Saudi melakukan intervensi pada 2015.
Sepertiga dari komponen jet berasal dari Jerman, sumber industri mengatakan kepada Reuters pada saat itu.
Kanselir Olaf Scholz dari Sosial Demokrat (SPD) yang berhaluan kiri dan Menteri Keuangan Christian Lindner cenderung mengizinkan ekspor. Namun, Partai Hijau, dan sebagian dari SPD, sangat menentang langkah tersebut, menurut laporan tersebut.
Jerman memberlakukan penghentian penjualan senjata ke Riyadh setelah pembunuhan jurnalis Saudi Jamal Khashoggi pada 2018. Berlin mengambil pendekatan yang jauh lebih keras daripada sekutu utama seperti Amerika Serikat, Prancis, dan Inggris.
Kesepakatan pemerintahan Maret 2018 antara kanselir saat itu Angela Merkel dan SPD, melarang penjualan senjata kepada pihak mana pun dalam perang di Yaman, kecuali untuk barang-barang tertentu yang telah disetujui sebelumnya dan barang-barang yang akan tetap berada di negara pembeli.
Sejak pemulihan hubungan Arab Saudi dan Iran, yang dapat mengakhiri perang proksi mereka di Yaman, Inggris berpendapat bahwa Jerman tidak dapat memblokir ekspor jet Eurofighter ke pihak ketiga. Seorang juru bicara Kanselir menolak berkomentar kepada Welt am Sonntag.
Pilihan Editor: Daftar 10 Jet Tempur Tercanggih di Dunia 2023, Indonesia Punya?
REUTERS