Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kronologi Kerusuhan Prancis dan Sejarah Banlieue Tentang Kekerasan Polisi Terhadap Imigran

Reporter

image-gnews
Mounia, ibu dari Nahel, seorang remaja berusia 17 tahun yang dibunuh oleh seorang polisi Prancis di Nanterre saat pemberhentian lalu lintas, menghadiri pawai penghormatan kepada putranya di Nanterre, pinggiran Paris, Prancis, 29 Juni 2023. REUTERS/ Sarah Meyssonnier
Mounia, ibu dari Nahel, seorang remaja berusia 17 tahun yang dibunuh oleh seorang polisi Prancis di Nanterre saat pemberhentian lalu lintas, menghadiri pawai penghormatan kepada putranya di Nanterre, pinggiran Paris, Prancis, 29 Juni 2023. REUTERS/ Sarah Meyssonnier
Iklan

Sejarah Bermulanya Kerusuhan di Pinggiran Prancis

Istilah “banlieue” berasal dari tahun-tahun setelah Perang Dunia II, ketika pemerintah Prancis mulai menyediakan pemukiman sosial secara massal. Hal ini berujung pada pembangunan ribuan blok menara di pinggiran kota-kota Prancis pada 1945–1975.

Kawasan tersebut awalnya dirancang untuk keluarga kelas menengah ke bawah yang sehari-hari pergi bekerja.

Akan tetapi, pada 1970-an—di tengah tingginya pengangguran, ketegangan rasial setelah Perang Aljazair, dan berakhirnya kolonialisme Prancis—blok-blok menara justru makin banyak ditempati oleh komunitas imigran berpenghasilan rendah.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tak didanai lagi oleh pemerintah selanjutnya dengan prospek perumahan dan pekerjaan yang buruk, kawasan tersebut dicap sebagai area bermasalah dan berisiko tinggi. Kejahatan kian meningkat dan anak-anak muda di jalanan sering bentrok dengan polisi yang notabene memiliki reputasi brutal dan intoleran.

Kerusuhan banlieue pertama terjadi pada 1979 di pinggiran Kota Lyon, Vaulx-en-Velin, yang pecah setelah seorang remaja lokal keturunan Afrika Utara ditangkap. Namun, yang paling menonjol terjadi pada 2005 dan berlangsung selama tiga pekan.

Rangkaian peristiwa tersebut dimulai dari Clichy-sous-Bois, daerah utara Paris, ketika dua pemuda tersengat listrik dan meninggal saat mencoba menghindari polisi. Keadaan darurat pun diumumkan setelah pengunjuk rasa membakar gedung dan membakar mobil.

Menteri Luar Negeri Prancis yang kemudian menjadi presiden kala itu, Nicolas Sarkozy, mengobarkan ketegangan dengan menyebut anak-anak muda pengunjuk rasa sebagai “sampah” yang harus disapu bersih.

Ketegangan makin diperbesar oleh partai ekstrem kanan, khususnya National Front, yang mulai mencapai kesuksesan elektoral pada awal 2000-an.

Marine Le Pen, putri pendiri National Front yang mengubah nama partai itu menjadi National Rally pada 2018, menyebut kecaman Macron terhadap polisi Rabu lalu sebagai hal yang berlebihan dan tidak bertanggung jawab.

“Biarkan polisi melakukan pekerjaan mereka,” ujar Le Pen.

Meskipun kerusuhan 2005 mengirimkan gelombang kejutan ke seluruh negeri dan memicu reformasi di banlieues, insiden kerusuhan berulang menunjukkan bahwa tidak banyak yang berubah sejak saat itu.

Ketika para pengunjuk rasa dewasa ini mengklaim bahwa mereka tidak didengarkan, mereka merujuk pada program reformasi 2005 sebagai momen tanpa perubahan.

Sementara bagi remaja-remaja keturunan imigran yang tidak merasakan peristiwa tersebut, rasa frustrasi terhadap negara telah dipupuk melalui politik era pasca-2005.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Warga Negara Rusia Disarankan Tak Melancong ke Meksiko

2 jam lalu

Ilustrasi ruang tunggu bandara. Unsplash.com/Andrik Langfield
Warga Negara Rusia Disarankan Tak Melancong ke Meksiko

Warga negara Rusia agar mempertimbangkan rencana melancong ke Meksiko setelah otoritas di sana menolak lebih banyak pelancong Rusia


Rusia Ancam Prancis Akan Buru Tentaranya Jika Dikirim ke Ukraina

1 hari lalu

Tentara Prancis dari Batalyon ke-7 Pemburu Pegunungan Alpen mengambil bagian dalam latihan sebagai bagian dari penempatan Forward Presence (eFP) NATO yang ditingkatkan untuk memperkuat keamanan regional, di pangkalan militer NATO di Tapa, Estonia, 19 Maret 2022. REUTERS/Benoit Tessier
Rusia Ancam Prancis Akan Buru Tentaranya Jika Dikirim ke Ukraina

Rusia menemukan banyak warga negara Prancis yang tewas di Ukraina.


Jika Lolos Olimpiade Paris 2024, Timnas Indonesia Satu Grup dengan Prancis, AS, dan Selandia Baru

2 hari lalu

Timnas Indonesia U-23. Foto : PSSI
Jika Lolos Olimpiade Paris 2024, Timnas Indonesia Satu Grup dengan Prancis, AS, dan Selandia Baru

Timnas Indonesia akan satu grup dengan tuan rumah Prancis, Amerika Serikat, dan Selandia Baru bila lolos Olimpiade Paris 2024.


Selain Istana Versailles 4 Chateau di Paris Ini Tak Kalah Megah dan Menakjubkan

3 hari lalu

Istana Versailles. Unsplash.com/Tharun Thejus
Selain Istana Versailles 4 Chateau di Paris Ini Tak Kalah Megah dan Menakjubkan

Kalau sudah pernah ke Istana Versailles dan ingin mencari tempat baru, berikut ini adalah istana terbaik di dekat Paris


Emmanuel Macron Mengutuk Unjuk Rasa Mahasiswa Pro-Palestian yang Menutup Paksa Gerbang Kampus

3 hari lalu

Presiden Prancis Emmanuel Macron menempuh perjalanan kereta bersama Kanselir Jerman dan Perdana Menteri Italia menuju Kyiv setelah berangkat dari Polandia, 16 Juni 2022. Pemerintah Kyiv berharap akan diikuti dengan tindakan nyata untuk membantu  itu dalam perang dengan Rusia. Ludovic Marin/Pool via REUTERS
Emmanuel Macron Mengutuk Unjuk Rasa Mahasiswa Pro-Palestian yang Menutup Paksa Gerbang Kampus

Emmanuel Macron mengutuk blokade oleh demonstran pro-Palesitna yang menutup pintu-pintu gerbang masuk ke universitas.


Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

5 hari lalu

Presiden AS Joe Biden dan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida berjalan melewati barisan tiang menuju Oval Office di Gedung Putih di Washington, AS, 13 Januari 2023. T.J. Kirkpatrick/Pool melalui REUTERS
Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.


Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

5 hari lalu

Presiden AS Joe Biden saat kunjungannya di Chavis Community Center di Raleigh, North Carolina, AS, 26 Maret 2024. REUTERS/Elizabeth Frant
Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.


Legendaris! Nama Beyonce akan Masuk ke dalam Kamus Prancis Larousse

6 hari lalu

Beyonce. Instagram/@beyonce
Legendaris! Nama Beyonce akan Masuk ke dalam Kamus Prancis Larousse

Nama Beyonce akan masuk ke dalam Kamus Prancis Le Petit Larousse edisi terbaru tahun ini dengan definisi sebagai penyanyi R&B dan pop Amerika.


Universitas Sciences Po Prancis Tolak Tuntutan Mahasiswa untuk Putus Hubungan dengan Israel

7 hari lalu

Ziad Mansour, duduk di samping puing-puing rumah yang hancur akibat serangan mematikan Israel  di Rafah , Jalur Gaza, 9 Januari 2024. Perang antara Israel dan Kelompok Hamas Palestina di Jalur Gaza sudah memasuki hari ke-100, sejak pertama kali pecah pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan sebanyak 23.843 orang di Gaza. REUTERS/Mohammed Salem
Universitas Sciences Po Prancis Tolak Tuntutan Mahasiswa untuk Putus Hubungan dengan Israel

Universitas Sciences Po di Paris menolak tuntutan mahasiswa untuk memutus hubungan dengan universitas-universitas Israel.


Champs-Elysees di Paris Bakal Disulap jadi Tempat Piknik Raksasa, Diikuti 4.000 Orang

8 hari lalu

Foto udara menunjukkan kawasan Place de l'Etoile dan Arc de Triomphe yang sepi di Paris, saat lockdown untuk memperlambat penyebaran penyakit coronavirus (COVID-19) Prancis, Rabu, 1 April 2020. REUTERS/Pascal Rossignol
Champs-Elysees di Paris Bakal Disulap jadi Tempat Piknik Raksasa, Diikuti 4.000 Orang

Setiap peserta akan diberikan keranjang piknik gratis yang dikemas sampai penuh oleh sejumlah pemilik restoran ikonik di jalanan Kota Paris itu.