TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah balon mata-mata China yang terbang di atas Amerika Serikat awal tahun ini sebelum ditembak jatuh, tidak mengumpulkan informasi saat melintasi negara itu, kata Pentagon pada hari Kamis.
"Kami menilai bahwa itu tidak terkumpul saat terbang di atas AS," kata juru bicara Pentagon Brigadir Jenderal Pat Ryder kepada wartawan, Kamis, 29 Juni 2023.
Balon menghabiskan waktu seminggu terbang di atas Amerika Serikat dan Kanada sebelum militer AS menembak jatuh di lepas pantai Atlantik atas perintah Biden.
Kasus balon ini sempat membuat hubungan AS dan China makin tegang.
Sebelumnya, Wall Street Journal melaporkan, analisis beberapa badan pertahanan dan intelijen AS, menemukan bahwa balon tersebut membawa peralatan AS yang tersedia secara komersial.
Balon itu mengangkut sensor khusus dan peralatan lain untuk mengumpulkan foto, video, dan informasi lainnya. Hasilnya dikirim ke China menurut laporan Wall Street Journal yang mengutip pejabat AS.
Temuan tersebut mendukung kesimpulan bahwa pesawat itu dimaksudkan untuk memata-matai, bukan untuk pemantauan cuaca seperti yang diklaim China, menurut laporan itu. Namun balon itu tidak mengirim data dari perjalanan delapan hari di atas Alaska, Kanada, dan beberapa negara bagian AS yang berdekatan dengan China.
Meski membuat geger di sejumlah negara, balon mata-mata China diduga masih mengudara. Pada Selasa, 27 Juni 2023, balon mata-mata China disebut beredar di wilayah Taiwan. Temuan terbaru menunjukkan bahwa Taiwan dan Jepang menjadi sasaran di Asia Timur.
REUTERS
Pilihan Editor Gerai Nike Dijarah ketika Kerusuhan Prancis Masuki Hari Ketiga, Ini Kronologi Pemicunya