TEMPO.CO, Jakarta - Sidang tersangka pria yang dituduh membunuh mantan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dibatalkan pada Senin, 12 Juni 2023. Sidang dihentikan setelah benda mencurigakan dikirim ke pengadilan.
Pengadilan Distrik Nara tidak bisa segera mengonfirmasi laporan oleh outlet termasuk penyiar publik NHK. Rekaman TV menunjukkan orang-orang berkumpul di luar gedung yang dievakuasi di Jepang barat.
Barang mencurigakan itu dilaporkan berupa kotak karton berbentuk persegi dengan panjang sekitar 33 sentimeter (13 inci), disegel dengan pita perekat, yang memicu detektor logam.
Tetsuya Yamagami dijadwalkan akan menjalani sidang pada Senin sore atas kasus pembunuhan Shinzo Abe yang mengejutkan dunia pada Juli tahun lalu. Pria berusia 42 tahun itu menghadapi tuduhan pembunuhan dan pelanggaran undang-undang pengendalian senjata. Jika terbukti bersalah, ia terancam hukuman mati.
Dia dilaporkan menargetkan Abe, politisi paling terkenal di Jepang dan perdana menteri terlama Jepang, karena hubungannya dengan Gereja Unifikasi, sekte global yang anggotanya kadang-kadang disebut sebagai "Moonies". Yamagami diyakini membenci gereja atas sumbangan besar oleh ibunya yang membuat keluarganya bangkrut.
Shinzo Abe ditembak dengan senjata rakitan saat berbicara di acara kampanye di Nara pada 8 Juli 2022. Pembunuhan tersebut membuat kepala polisi Kepang mengundurkan diri.
Sebelum sidang dibatalkan, Yamagami menjalani pemeriksaan kejiwaan yang berakhir pada Januari. Yamagami menjalani tiga tahun di angkatan laut Jepang. Masa kanak-kanaknya kelam akibat bunuh diri yang dilakukan oleh ayahnya karena kesibukan sang ibu di gereja.
Hal ini memicu kemarahan di Jepang terhadap Gereja Unifikasi. Massa berbalik menunjukkan simpati kepada Yamagami. Dukungan untuknya mengalir melalui sumbangan dan petisi yang menyerukan keringanan hukuman.
Gereja Unifikasi didirikan di Korea pada 1950-an oleh mesias bernama Sun Myung Moon. Dalam surat yang diterbitkan oleh media Jepang, Yamagami menuduh Abe mendukung sekte tersebut dan menyatakan kebenciannya terhadap kelompok tersebut.
NDTV
Pilihan Editor: Berlusconi Mangkat, Bagaimana Suksesi Kerajaan Bisnisnya?