TEMPO.CO, Jakarta - Ketegangan memuncak di Yerusalem setelah para menteri ekstremis Israel dan pendukung mereka menggelar pawai pengibaran bendera tahunan. Pawai ini untuk memperingati perebutan Kota Tua oleh Israel yang mereka sebut Hari Yerusalem pada Kamis 18 Mei 2023.
Warga Palestina di Yerusalem, yang terpaksa menutup toko mereka dan dilarang berada dekat Gerbang Damaskus untuk memberi jalan bagi para peserta pawai, memandang pawai sebagai langkah provokatif.
Menjelang pawai, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menggambarkan "hari yang menentukan pada 1967 ketika kami membebaskan Yerusalem dan menyatukannya kembali."
Menteri Transportasi Miri Regev, dari partai Likud sayap kanan Netanyahu, berada di antara warga Israel yang mengibarkan bendera di Gerbang Damaskus beberapa jam sebelum pawai.
Dua anggota kabinet ekstrem kanannya, Itamar Ben-Gvir dan Bezalel Smotrich, diperkirakan akan menghadiri pawai hari ini.
Setelah Perang Enam Hari 1967, Israel menganeksasi Yerusalem timur dan Kota Tuanya, dalam tindakan yang tidak pernah diakui oleh komunitas internasional.
Netanyahu mengatakan "kami juga melakukan ini terhadap semua ancaman di sekitar kami," beberapa hari setelah gencatan senjata yang mengakhiri pertempuran mematikan lintas perbatasan dengan militan Jihad Islam di Gaza.
Sebanyak 33 orang, termasuk beberapa warga sipil tewas di kantong Palestina yang diblokade dan dua di Israel, seorang warga negara dan seorang buruh Gaza.
Kelompok militan Hamas yang menguasai wilayah pesisir mengatakan menjelang pawai itu "mengutuk kampanye pendudukan Zionis (Israel) terhadap rakyat Palestina kami di Yerusalem yang diduduki".
Dua tahun lalu, setelah berminggu-minggu kekerasan di Yerusalem di mana puluhan warga Palestina terluka, perang antara Hamas dan Israel meletus selama pawai.