TEMPO.CO, Jakarta - Rusia menembakkan dua lusin drone tempur ke Ukraina, menghantam Kyiv untuk ketiga kalinya dalam empat hari dan juga menyerang kampus universitas di kota Laut Hitam Odesa, menjelang serangan balasan besar-besaran oleh Ukraina untuk merebut kembali tanah yang diduduki.
Tidak ada laporan adanya korban jiwa. Pemerintah kota Kyiv mengatakan Rusia mungkin telah menembakkan rudal balistik serta drone tetapi semuanya telah ditembak jatuh, Kamis, 4 Mei 2023.
Baca Juga:
"Rusia menyerang Kyiv menggunakan amunisi dan rudal Shahed yang berkeliaran, kemungkinan jenis balistik," kata Kyiv.
Rudal balistik sulit untuk ditembak jatuh, dan jatuhnya mereka dapat mengindikasikan Ukraina menggunakan sistem pertahanan udara canggih yang dipasok Barat untuk melawan mereka.
Secara total, pertahanan udara menembak jatuh 18 dari 24 drone "kamikaze" dalam serangan sebelum fajar, kata para pejabat. Dari 15 drone yang ditembakkan ke Odesa, 12 jatuh tetapi tiga menghantam kampus universitas, kata komando militer selatan.
Penembakan di wilayah Donetsk merusak pembangkit listrik milik perusahaan listrik DTEK Energo, tetapi tidak ada korban yang dilaporkan, kata DTEK dan Kementerian Energi.
Korban tewas akibat penembakan Rusia terhadap Kherson dan sekitarnya di Ukraina selatan pada Rabu naik menjadi 23, kata gubernur daerah Oleksandr Prokudin.
"Target musuh adalah tempat tinggal kami. Target mereka adalah nyawa kami, dan nyawa anak-anak kami," katanya dalam video online pada hari Kamis, setelah hypermarket, stasiun kereta api, dan bangunan tempat tinggal dihantam.
Rusia membantah menargetkan warga sipil di Ukraina.
Sebelumnya, terjadi serangan drone di kilang minyak Ilsky, salah satu yang terbesar di Rusia selatan, membakar fasilitas penyimpanan produk, kantor berita TASS melaporkan.
Ukraina jarang mengklaim bertanggung jawab atas apa yang dikatakan Moskow sebagai serangan pesawat tak berawak Kyiv terhadap infrastruktur dan sasaran militer, terutama di wilayah yang dekat dengan perbatasan Rusia.
REUTERS
Pilihan Editor Nigeria Selidiki Kandungan Indomie setelah Kasus di Taiwan