TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen dan Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati menandatangani Kesepakatan Infrastruktur dan Keuangan Indonesia (Indonesia Infrastructure and Finance Compact) senilai Rp10,2 triliun (USD 698 juta). Ini merupakan hibah lima tahun antara Millennium Challenge Corporation (MCC) pemerintah Amerika dan Indonesia, dengan kontribusi Rp9.5 triliun (USD 649 juta) dari Amerika Serikat dan Rp718 miliar (49 juta dolar) dari Indonesia.
CEO MCC Alice Albright turut serta dalam upacara penandatanganan yang dilangsungkan di kantor Dana Moneter Internasional (IMF) di Washington D.C, pada Kamis, 13 April (waktu setempat), bersama perwakilan dari pemerintah Amerika Serikat dan Indonesia.
“Kemitraan ini merepresentasikan keyakinan bersama Amerika Serikat dan Indonesia akan demokrasi dan pertumbuhan ekonomi yang digerakkan oleh inovasi,” ujar Yellen, yang juga Wakil Ketua Dewan Direksi MCC.
Menurut Yellen, kesepakatan ini diharapkan bisa menudukung Kemitraan Transisi Energi yang Adil di Indonesia serta pengembangan infrastruktur tahan iklim yang memenuhi standar, di bawah Kemitraan untuk Infrastruktur dan Investasi Global (PGII) – yang diumumkan bersama oleh presiden kedua negara di KTT G20.
Sektor usaha mikro, kecil, dan menengah Indonesia menyumbang hampir 97 persen tenaga kerja nasional dan menyumbang sekitar 57 persen dari total PDB. Sementara Indonesia terus berinvestasi di sektor manufaktur dan di bidang ekspor berbasis komoditas, infrastruktur berkualitas tinggi diperlukan untuk mengangkut pekerja dan barang.
Indonesia Infrastructure and Finance Compact bertujuan untuk meningkatkan akses keuangan bagi infrastruktur transportasi dan logistik Indonesia serta usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), terutama yang dimiliki oleh perempuan.
“Indonesia mengambil tindakan penting untuk membangun lingkungan keuangan yang kuat, yang mendorong pertumbuhan ekonomi yang bermanfaat bagi semua orang. Saya senang melihat bagaimana upaya bersama kita akan terus memperkuat ketahanan ekonomi bagi generasi Indonesia saat ini dan mendatang,” ujar Sri Mulyani.
Indonesia Infrastructure and Finance Compact terdiri dari tiga proyek. Pertama, proyek Memajukan Aksesibilitas Transportasi dan Logistik (ATLAS) yang akan bekerja sama dengan lima pemerintah provinsi untuk meningkatkan perencanaan dan persiapan infrastruktur di tingkat daerah, yang transportasi dan logistiknya lebih terbatas.
Kedua, proyek Akses Pembiayaan untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Milik Perempuan bertujuan untuk meningkatkan layanan pinjaman formal kepada UMKM, terutama yang dimiliki oleh perempuan. Proyek ini juga akan memberikan pelatihan bisnis, termasuk pelatihan literasi digital dan keuangan, serta bantuan teknis untuk meningkatkan kelayakan kredit dan kesiapan investasi.
Ketiga, proyek Pengembangan Pasar Keuangan (FMD) akan memberikan bantuan teknis dan hibah keuangan campuran untuk meningkatkan partisipasi sektor swasta atau pembiayaan berorientasi komersial dalam investasi infrastruktur. Proyek ini akan membantu Indonesia dalam membentuk kemitraan baru dan memanfaatkan dana yang ada untuk mendanai proyek infrastruktur berkualitas tinggi dengan risiko rendah.
MCC dan Indonesia mengawali kemitraannya tahun 2006 dengan program Ambang Batas senilai USD 55 juta untuk mengurangi korupsi dan meningkatkan tingkat imunisasi. Pada 2011, MCC dan Indonesia bermitra lagi melalui program MCC-Indonesia Compact senilai USD 474 juta yang berfokus pada kesehatan dan gizi, pengelolaan lahan dan energi yang berkelanjutan, serta modernisasi pengadaan pemerintah.
Pilihan Editor: Bea Cukai Kembali Disorot, Kali Ini Diduga Memeras Turis Taiwan
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini