TEMPO.CO, Jakarta - Berbicara dalam bahasa Jepang, Siti Maesaroh sambil membungkuk menawarkan sebuah nampan berisi mug dan dua mangkuk kepada seorang siswa yang berpura-pura menjadi orang tua. Maesaroh kemudian bertanya apakah dia ingin sumpit dan sendok untuk makan.
Permainan peran adalah salah satu contoh jenis pelatihan yang ditawarkan oleh lembaga kejuruan di seluruh Indonesia, melayani siswa yang ingin mengisi lowongan pekerjaan di Jepang.
“Menurut saya alasan Jepang memilih kami adalah karena anak muda Indonesia sangat mampu merawat orang tua,” kata Maesaroh, 24 tahun, yang bersekolah di Onodera User Run di Jakarta.
Sekolah yang didirikan pada 2022 ini juga menawarkan pelatihan bahasa Jepang bagi para siswanya yang ingin mendaftar di program pemerintah Jepang untuk mempekerjakan orang asing dengan keahlian khusus untuk bekerja di sektor-sektor seperti pengasuhan.
Puluhan lansia memainkan pachinko yang merupakan judi legal di pachinko parlour, Fukushima, Jepang, 24 Mei 2018. REUTERS/Issei Kato
Jepang adalah salah satu masyarakat yang menua paling cepat di dunia, dengan orang yang berusia 65 tahun atau lebih sekarang merupakan 28 persen dari populasi, menurut data PBB.
Kelahiran di Jepang turun menjadi kurang dari 800.000 untuk pertama kalinya tahun lalu, menurut data resmi, karena populasi usia kerja Jepang menyusut.
Hiroki Sasaki, atase tenaga kerja di kedutaan Jepang di Jakarta, memperkirakan hanya sekitar 130.000 dari 340.000 lowongan kerja keterampilan khusus di Jepang yang telah terisi.
“Tenaga kerja asing, oleh karena itu, menjadi semakin diperlukan,” katanya.
Per Desember 2022, ada lebih dari 16.000 orang Indonesia yang bekerja di bawah skema pekerja terampil khusus Jepang, jumlah tertinggi kedua setelah Vietnam.
Indonesia adalah negara terpadat keempat di dunia dengan sekitar 280 juta penduduk. Kamila Mansjur, kepala sekolah, mengatakan mengirim pekerja ke Jepang untuk merawat orang tua menguntungkan kedua negara.
“Di Indonesia setiap tahun kami mengalami pertambahan penduduk sekitar tiga juta jiwa. Namun di sini, kami memiliki tantangan sendiri yaitu kurangnya pekerjaan, ”katanya.
Pilihan Editor: Di Negara Ini, Warga Lansia Pilih Dipenjara
REUTERS