TEMPO.CO, Jakarta - Kremlin memberikan sambutan kurang antusias terhadap rencana China untuk mengakhiri perang Ukraina, meminta kajian tentang nuansa proposal damai yang mendesak kedua pihak untuk setuju mengurangi eskalasi secara bertahap dan memperingatkan penggunaan senjata nuklir
China, yang telah mendeklarasikan persekutuan “tanpa batas” dengan Rusia sesaat sebelum Moskow mengirim puluhan ribu pasukan ke Ukraina setahun lalu, menyerukan gencatan senjata komprehensif, Jumat, dengan menggembar-gemborkan rencana damainya sendiri.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan, Selasa, 28 Februari 2023, bahwa suara Beijing harus didengar, tetapi nuansa proposal itu penting.
“Setiap upaya untuk memformulasikan proposal untuk mencapai penyelesaian masalah secara damai kita sambut, tetapi, tentu saja, nuansa sangat penting,” kata Peskov kepada harian Izvestia.
Sebelumnya, Peskov mengatakan setiap inisiatif yang membawa perdamaian lebih dekat patut mendapat perhatian.
Baca Juga:
“Kami memberikan perhatian besar terhadap rencana teman-teman China kami,” kata Pesko kepada wartawan, Senin. Tentu saja, detail-detail harus dianalisis dengan saksama dalam mempertimbangkan kepentingan semua pihak. Ini adalah sebuah proses panjang dan intens.”
Ia mengatakan Rusia terus melakukan apa yang mereka sebut “operasi militer khusus” di Ukraina, dan untuk saat ini tidak melihat tanda-tanda yang mengusulkan resolusi perdamaian yang bisa dicapai.
Sementara itu, juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price, Senin, mengatakan, “China bukan perantara yang jujur dalam upaya membawa perdamaian ke Ukraina dan Jelas memihak Rusia.
China telah memberi Rusia "dukungan diplomatik, dukungan politik, dukungan ekonomi, dukungan retoris," kata Price dalam jumpa pers.
Beijing menolak mengutuk aksi Rusia dalam setiap pertemuan internasional, yang terbaru saat pertemuan akhir pekan negara-negara ekonomi besar G20.
REUTERS
Pilihan Berita: Turki Buka Lagi Pembicaraan Keanggotaan NATO Swedia dan Finlandia