TEMPO.CO, Jakarta -Pejabat China di Zambia memberi tanggapan pedas atas pernyataan Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen, yang menyebut negeri Panda itu sebagai "penghalang" untuk reformasi utang di Afrika. China menyarankan Amerika Serikat membereskan urusan utangnya sendiri.
Baca juga: AS Sentuh Ambang Batas Utang, APBN Terancam Terganggu
"Kontribusi terbesar yang dapat diberikan AS untuk masalah utang di luar negeri adalah bertindak berdasarkan kebijakan moneter yang bertanggung jawab, mengatasi masalah utangnya sendiri, dan berhenti menyabotase upaya aktif negara berdaulat lainnya. untuk menyelesaikan masalah utang mereka," kata Kedutaan Besar China di Zambia mengatakan di situs webnya Selasa, 24 Januari 2023.
Yellen dan Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional Kristalina Georgieva tiba secara terpisah di Zambia pada Minggu untuk menyoroti perlunya reformasi utang di Afrika.
Zambia gagal membayar utangnya pada 2020. Negara itu hanya membuat sedikit kemajuan untuk merestrukturisasinya dengan kreditor China dan swasta hingga saat ini, sebuah situasi yang telah membantu mendorong warga ke dalam kemiskinan.
Negara-negara termiskin di dunia menghadapi US$35 miliar atau sekitar Rp524 triliun dalam bentuk pembayaran utang kepada kreditor resmi dan sektor swasta pada 2022. Bank Dunia menyebut, lebih dari 40 persen di antaranya adalah karena China.
Kenaikan suku bunga Federal Reserve AS, dirancang untuk menjinakkan inflasi di dalam negeri, dan apresiasi dolar AS telah menambah beban layanan utang negara-negara Afrika, kata Bank Pembangunan Afrika pekan lalu.
Partai Republik di Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat menggunakan ancaman yang berisiko dan tidak biasa, untuk menolak memberikan suara dalam plafon utang baru. Angka yang melebihi ambang batas itu mencerminkan uang yang telah dibelanjakan dan sekarang terutang oleh pemerintah.
Keadaan ini menekan pemerintahan Presiden Joe Biden dan Demokrat agar memangkas program pengeluaran. Sejauh ini, Gedung Putih menolak untuk bernegosiasi, mengandalkan Partai Republik garis keras untuk mundur di bawah tekanan dari bisnis, investor, dan moderat.
Utang nasional AS sekitar US$31 triliun atau sekitar Rp463 kuadriliun, angka yang meroket sejak 2000 menjadi US$5,6 triliun setara Rp83 kuadriliun. Jumlah yang menyentuh ambang batas ini sebagian berkat peningkatan pengeluaran untuk populasi yang menua, pengeluaran untuk perang Irak dan Afghanistan, program Covid-19, dan pemotongan pajak yang memangkas pendapatan.
Baca juga: Negara di Afrika ini Kaya Tembaga, Tapi Tak Mampu Bayar Utang ke China
REUTERS