TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri atau PM Selandia Baru Jacinda Ardern berharap dapat menghabiskan lebih banyak waktu dengan keluarganya setelah resmi mengundurkan diri dari jabatannya. Saat memberikan pidato pengunduran dirinya, Ardern menyebut tidak punya rencana kuat selain bersama pasangannya Clarke Gayford dan putrinya Neve.
Baca: PM Selandia Baru Jacinda Ardern Umumkan Mundur dari Jabatan
"Bisa dibilang mereka adalah orang-orang yang paling banyak berkorban dari kita semua. Jadi untuk Neve, Mama sangat menantikan untuk berada di sana saat kamu mulai sekolah tahun ini. Dan untuk Clarke, mari kita menikah," kata Ardern sambil menyeringai di sela acara kaukus Partai Buruh di Wellington, Kamis, 19 Januari 2023.
Ardern sempat menahan air mata saat mengumumkan pengunduran dirinya sebagai Perdana Menteri Selandia Baru. Dia menyebut kepemimpinannya adalah lima setengah tahun yang sulit.
"Satu-satunya sudut menarik yang akan Anda temukan adalah bahwa setelah enam tahun menjalani beberapa tantangan besar, saya manusia. Politisi adalah manusia. Kami memberikan semua yang kami bisa, selama kami bisa, dan inilah saatnya. Dan bagi saya, inilah saatnya," kata Ardern.
Jacinda Ardern menegaskan bahwa dia mundur karena pekerjaannya sulit. Akan tetapi karena dia yakin orang lain bisa melakukan pekerjaan yang lebih baik.
Pemungutan suara Partai Buruh Selandia Baru yang berkuasa untuk pemimpin baru akan berlangsung pada Minggu. Pemimpin partai akan menjadi perdana menteri sampai pemilihan umum berikutnya.
Masa jabatan Jacinda Ardern sebagai pemimpin akan berakhir paling lambat 7 Februari dan pemilihan umum akan diadakan pada 14 Oktober. Ardern meyakini Partai Buruh akan memenangkan pemilihan mendatang. Dia sendiri akan melanjutkan sebagai anggota parlemen dari Mt Albert hingga April 2023.
Calon kuat pengganti Ardern sebagai PM Selandia Baru belum terlihat. Wakil Perdana Menteri Selandia Baru Grant Robertson, yang juga menjabat sebagai menteri keuangan, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa dia tidak akan mencalonkan diri sebagai pemimpin Partai Buruh berikutnya.
Ardern mendapat pujian di seluruh spektrum politik atas penanganannya terhadap pandemi Covid-19. Kebijakannya membuat negara itu menghadapi beberapa tindakan paling ketat secara global tetapi juga menghasilkan salah satu angka kematian terendah.
Gaya kepemimpinan Ardern yang empatik diperkuat oleh tanggapannya terhadap penembakan massal di dua masjid di Christchurch pada 2019. Peristiwa itu menewaskan 51 orang dan melukai 40 lainnya. Ardern dengan cepat menyebut serangan itu sebagai "terorisme" dan mengenakan jilbab saat dia bertemu dengan komunitas Muslim sehari setelah serangan itu.
Namun popularitasnya telah berkurang selama setahun terakhir karena inflasi telah meningkat hampir tiga dekade. Bank sentral telah secara agresif meningkatkan tingkat uang tunai dan kejahatan telah meningkat.
Selandia Baru menjadi semakin terbelah secara politik atas isu-isu seperti perbaikan infrastruktur air oleh pemerintah dan pengenalan program emisi pertanian.
Simak: Selamati PM Selandia Baru, Jokowi Dorong Penguatan Kemitraan dengan ASEAN
REUTERS | 1NEWS