TEMPO.CO, Jakarta - Warga China rela mengantre panjang di luar kantor imigrasi di Beijing pada Senin, 9 Januari 2023, demi memperbarui paspor mereka. Permintaan untuk memperpanjang paspor melonjak setelah pemerintah membatalkan kontrol perbatasan Covid-19. Peraturan yang baru saja dicabut itu sebelumnya telah mencegah 1,4 miliar penduduk China bepergian selama tiga tahun.
Baca: Covid-19 di China Belum Reda, Hampir 90 Persen Penduduk Henan Terinfeksi Corona
Yang Jianguo, seorang pensiunan berusia 67 tahun mengatakan dia berencana melakukan perjalanan ke Amerika Serikat. Ia akan menjumpai putrinya yang sudah tak bertemu sejak tiga tahun terakhir. Kemarin, dia sudi menunggu untuk memperbarui paspornya dalam antrean lebih dari 100 orang di ibu kota China.
"Dia menikah tahun lalu tetapi harus menunda upacara pernikahan karena kami tidak bisa datang untuk menghadirinya. Kami sangat senang sekarang kami bisa pergi," kata Yang kepada Reuters, didampingi oleh istrinya.
Pembukaan kembali salah satu langkah terakhir dalam kebijakan "nol-Covid" di China berlaku pada Minggu, 8 Januari 2023. Pelucutan sejumlah peraturan ketat pandemi di China dimulai bulan lalu setelah protes sipil terhadap pembatasan. Langkah Beijing untuk menghapus persyaratan karantina bagi pengunjung diharapkan dapat meningkatkan perjalanan keluar, karena penduduk tidak akan menghadapi pembatasan tersebut saat mereka kembali.
Beberapa negara menuntut tes negatif dari pengunjung dari China untuk menahan wabah menyebar. Tak lama setelah pelonggaran aturan Covid-19, pasien membanjiri banyak rumah sakit dan krematorium China. Beijing juga mewajibkan tes Covid-19 negatif pra-keberangkatan dari para pelancong.
Pejabat tinggi kesehatan China dan media pemerintah telah berulang kali mengatakan infeksi Covid-19 memuncak di seluruh negeri. Meski demikian, mereka mengecilkan ancaman yang sekarang ditimbulkan oleh penyakit tersebut.
"Hidup bergerak maju lagi! Hari ini, virusnya lemah, kita lebih kuat," tulis surat kabar resmi Partai Komunis, People's Daily, dalam editorial yang memuji kebijakan virus pemerintah pada Minggu malam.
Secara resmi, China telah melaporkan hanya 5.272 kematian terkait Covid-19 pada 8 Januari, salah satu tingkat kematian terendah akibat infeksi di dunia. Tetapi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan China tidak melaporkan skala wabah. Pakar virus internasional memperkirakan lebih dari satu juta orang di negara itu dapat meninggal akibat penyakit itu dalam setahun.
Mata uang dan pasar saham China menguat pada Senin, 9 Januari 2023, karena investor bertaruh pembukaan kembali dapat membantu menghidupkan kembali ekonomi yang mengalami pertumbuhan terendah dalam hampir setengah abad, senilai USD$17 triliun atau sekitar Rp 265 kuadriliun.
Simak: China Kembali Gelar Latihan Tempur di Sekitar Taiwan
REUTERS