TEMPO.CO, Jakarta - Kunjungan singkat Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben-Gvir ke kompleks masjid Al-Aqsa di Yerusalem pada Selasa, 3 Januari 2013, dikecam warga Palestina dan negara tetangga Yordania.
"Temple Mount terbuka untuk semua," kata Ben-Gvir di Twitter, menggunakan nama Yahudi untuk situs tersebut.
Rekaman video menunjukkan dia berjalan-jalan di pinggiran kompleks, dikelilingi oleh pengamanan ketat dan diapit oleh sesama Yahudi Ortodoks.
Seorang pejabat Israel mengatakan kunjungan 15 menit Ben Gvir ke kompleks Al Aqsa sesuai dengan apa yang disebut pengaturan status quo, sejak beberapa dekade lalu, yang memungkinkan non-Muslim untuk berkunjung dengan syarat mereka tidak beribadah.
Meski dikecam, kunjungan itu tanpa insiden.
Bergabungnya Ben-Gvir, pemimpin partai sayap kanan Kekuatan Yahudi dengan koalisi nasionalis-agama di bawah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, membuat perjuangan Palestina membentuk negara makin sulit
Kunjungannya berisiko memicu ketegangan lebih lanjut setelah meningkatnya kekerasan di daerah pendudukan Tepi Barat dalam setahun terakhir.
Beberapa jam sebelumnya, pasukan Israel menembak mati seorang remaja Palestina dalam bentrokan di dekat Bethlehem, kata pejabat medis dan saksi mata.
Tentara Israel mengatakan pasukan menembaki warga Palestina yang melemparkan bahan peledak rakitan, batu dan bom molotov ke arah mereka.
Kementerian Luar Negeri Palestina mengatakan "mengutuk keras penyerbuan masjid Al-Aqsa oleh menteri ekstremis Ben-Gvir dan memandangnya sebagai provokasi yang belum pernah terjadi sebelumnya dan eskalasi konflik yang berbahaya".
Ben-Gvir tidak mendekati masjid, yang merupakan simbol nasionalisme Palestina dan upaya mereka untuk menjadi negara, sebuah tujuan yang terlihat semakin suram dengan Ben-Gvir dan sekutu sayap kanan lainnya menjabat di pemerintahan baru Netanyahu.
Yordania, penjaga Al Aqsa dan yang kesepakatan damainya sendiri dengan Israel tidak populer di dalam negeri, juga mengkritik kunjungan tersebut.
"Yordania mengutuk dengan sangat keras penyerbuan masjid Aqsa dan pelanggaran kesuciannya," kata Kementerian Luar Negeri Yordania, menambahkan itu melanggar hukum internasional dan "status quo bersejarah dan hukum di Yerusalem".
Juru bicara Hamas, sebuah kelompok Islam Palestina yang menolak hidup berdampingan dengan Israel, mengatakan kunjungan Ben-Gvir: "Kelanjutan dari perilaku ini akan membawa semua pihak lebih dekat ke bentrokan besar."
Kompleks Al Aqsa, yang dikenal umat Islam sebagai Tempat Suci Mulia, adalah situs tersuci ketiga Islam. Itu juga merupakan situs paling suci Yudaisme, sisa dari dua kuil kuno kepercayaan.
Pada hari Selasa, orang Yahudi yang saleh berpuasa untuk memperingati pengepungan Babilonia di kuil pertama, pada abad ke-6 SM.
Tugas kabinet Ben-Gvir termasuk mengawasi polisi Israel yang secara resmi bertugas menegakkan larangan salat Yahudi di kompleks tersebut. Dia pernah menganjurkan untuk mengakhiri larangan itu, tetapi lebih tidak berkomitmen dalam masalah ini sejak bersekutu dengan Netanyahu.
Israel menganggap seluruh Yerusalem sebagai ibu kotanya yang tak terpisahkan - status yang tidak diakui secara internasional. Warga Palestina menginginkan Yerusalem Timur, tempat kompleks itu berada, sebagai ibu kota negara masa depan selain Tepi Barat dan Jalur Gaza.
"Jika Hamas berpikir dapat menghalangi saya dengan ancaman, mereka harus memahami bahwa waktu telah berubah," kata Ben-Gvir di Twitter. "Ada pemerintahan di Yerusalem!"
Almog Cohen, anggota parlemen lain dari partai Kekuatan Yahudi Ben-Gvir, mengatakan kepada radio Kan Israel bahwa "aspirasi partai adalah - agar semua agama dapat berdoa di Temple Mount".
Tapi Netanyahu, sekarang dalam masa jabatan keenamnya sebagai perdana menteri, berjanji untuk mempertahankan "status quo" di sekitar tempat-tempat suci.
REUTERS