TEMPO.CO, Jakarta - Amerika Serikat dan Rusia saling tuduh tidak tertarik pada dialog damai Ukraina di forum PBB. Seruan gencatan senjata dan diplomasi untuk mengakhiri perang yang dimulai oleh invasi Moskow sembilan bulan lalu muncul dalam sidang PBB.
Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia mengatakan pada pertemuan Dewan Keamanan PBB pada Selasa, 6 Desember 2022, mengenai situasi kemanusiaan di Ukraina. Menurutnya, Moskow telah mencatat adanya minat dari mayoritas yang signifikan negara-negara anggota PBB dalam penyelesaian diplomatik.
"Kami menanggapi ini dengan sangat serius. Kami menegaskan kesediaan kami untuk melakukan negosiasi. Misi kami adalah membasmi akar penyebab yang memaksa kami untuk memulai operasi militer khusus," kata Nebenzia.
Moskow menyebut misi operasi militer untuk demiliterisasi dan denazifikasi Ukraina untuk keamanannya. AS dan Sekutu menuding tujuan awal Rusia yang sebenarnya adalah mengalahkan militer Ukraina dan menggulingkan pemerintah pro-Barat.
Nebenzia menuduh negara-negara Barat tidak tertarik dengan penyelesaian diplomatik di Ukraina karena mereka malah memperluas pengiriman senjata ke Kyiv.
"Apa yang Anda lihat sekarang adalah perang yang sedang berlangsung di Barat melawan Rusia. Ini adalah sesuatu yang membuat kami tidak punya pilihan selain melanjutkan tujuan operasi militer kami," kata Nebenzia.
Wakil Duta Besar AS untuk PBB, Lisa Carty, kepada dewan beranggotakan 15 orang itu, mengatakan, agresi Presiden Vladimir Putin yang meningkat terhadap infrastruktur Ukraina adalah bukti bahwa dia tidak memiliki minat tulus dalam negosiasi atau diplomasi.
"Sebaliknya, dia (Putin) mencoba mematahkan keinginan Ukraina untuk berperang dengan membom dan membekukan warga sipil, agar tunduk," kata Carty.
Rusia baru-baru ini menyerang infrastruktur energi Ukraina. Kepala bantuan PBB Martin Griffiths mengatakan kepada Dewan Keamanan kemarin, bahwa serangan telah menyebabkan jutaan orang tanpa akses ke gas, listrik, dan air. Gempuran itu memperburuk krisis kemanusiaan yang disebabkan oleh invasi Rusia pada 24 Februari 2022.
Dewan Keamanan PBB telah bertemu puluhan kali di Ukraina sejak Februari. Akan tetapi sejumlah rapat tidak dapat mengambil tindakan yang berarti karena Rusia punya hak veto, bersama dengan Inggris, China, Prancis, dan Amerika Serikat.
Rusia telah meminta dewan bertemu lagi pada Jumat mendatang. Perwakilan Moskow ingin Dewan membahas mengenai senjata dari konflik Ukraina yang "jatuh ke tangan bandit dan teroris" di tempat lain seperti di Eropa, Timur Tengah dan Afrika.
Wakil Duta Besar Gabon untuk PBB Edwige Koumby Missambo mengatakan kepada rapat di DK PBB kemarin, bahwa tidak cukup mengadakan lebih banyak pertemuan untuk menginformasikan masyarakat internasional, tanpa ada tawaran alternatif untuk perang. Dia menyerukan perundingan.
Sementara Duta Besar Ukraina untuk PBB Sergiy Kyslytsya menyatakan pihaknya membutuhkan perdamaian. Dia mengingatkan posisi Ukraina bukanlah agresor.
REUTERS