TEMPO.CO, Jakarta -Sehari setelah kalah dalam pemilihan umum yang sengit, Presiden Brasil Jair Bolsonaro belum mengatakan satu kata pun di depan umum. Politisi sayap kanan itu diharapkan segera buka suara menanggapi kemenangan rivalnya, Luiz Inacio Lula da Silva.
Baca juga: Profil Lula da Silva, Presiden Brasil yang Baru Pernah Jadi Tukang Semir Sepatu
Ketua partai sekutu, Claudio Cajado, mengatakan para pembantu Bolsonaro ingin dia membaca teks mengenai pemilu kemarin. Akan tetapi, dia tidak yakin bahwa Bolsonaro akan mengakui kekalahan.
Brasil pasca-pemilu berada di ujung tanduk perpecahan. Pengemudi truk pro-Bolsonaro memasang penghalang jalan di 12 negara bagian Brasil.
Protes yang menyebar dari penghalang jalan pertama di negara-negara bagian penghasil pertanian di Brasil tidak berdampak langsung akan pengiriman biji-bijian. Akan tetapi lobi-lobi pertanian memperingatkan mereka pada akhirnya dapat mempengaruhi ekspor.
Polisi jalan raya federal Brasil mengatakan 321 protes telah memblokir sebagian atau seluruh jalan di 26 negara bagian. Pengemudi truk - yang mendapat manfaat dari Bolsonaro yang menurunkan biaya diesel - adalah salah satu konstituen utama presiden, dan mereka mengganggu ekonomi Brasil.
Pendukung Presiden Brasil Jair Bolsonaro membawa ban yang terbakar saat memblokir jalan raya BR-060 memprotes terhadap Presiden terpilih Luiz Inacio Lula da Silva yang memenangkan pemilu presiden putaran kedua di dekat Abadiania, Brasil, 31 Oktober 2022. REUTERS/Ueslei Marcelino
Presiden hampir tidak terlihat sejak Minggu malam, dan dia tetap diam total. Sikap ini tidak biasa bagi pemimpin yang biasanya banyak bicara dan memposting terus-menerus di media sosial, seperti panutan politiknya mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Keheningan Bolsonaro menimbulkan kekhawatiran bahwa ia berencana untuk memperebutkan kemenangan tipis mantan Presiden Luiz Inacio Lula da Silva.
Pengamat pemilu internasional dan diplomat mengatakan mereka tidak meragukan bahwa lembaga demokrasi Brasil akan menang.
Waktu hampir habis untuk memperdebatkan hasil pemilu karena banyak pemimpin internasional, sekutu politik, dan pendukung terkenal telah mengakui kemenangan Lula.
Mantan Menteri Infrastruktur Brazil era Bolsonaro, Tarcisio de Freitas, mengatakan bahwa memberi selamat kepada Lula adalah bagian dari demokrasi. Pria yang sekarang terpilih menjadi gubernur negara bagian Sao Paulo, berharap presiden terpilih akan memerintah untuk semua warga Brasil.
Presiden yang akan keluar itu belum menelepon saingannya untuk memberi selamat kepadanya karena menjadi presiden terpilih Brasil.
Kemenangan Lula merupakan kebangkitan yang menakjubkan bagi demokrasi Brasil. Mantan pekerja logam berusia 77 tahun, yang memerintah Brasil dari tahun 2003 hingga 2010 tetapi kemudian menghabiskan waktu di penjara karena tuduhan korupsi yang kemudian dibatalkan.
Lula telah bersumpah untuk membatalkan banyak kebijakan Bolsonaro, termasuk tindakan pro-senjata dan perlindungan yang lemah terhadap hutan hujan Amazon.
Baca juga: Lula Menang Pemilihan Presiden Brasil, Bolsonaro Ogah Mengakui?
REUTERS