TEMPO.CO, Jakarta - Mahasiswa Iran nekat turun ke jalan pada Minggu, 30 Oktober 2022, meskipun Pengawal Revolusi dan Presiden mengancam akan bertindak lebih keras terhadap para pengunjuk rasa.
Pasukan keamanan menembakkan gas air mata dan tembakan untuk menghalau pengunjuk rasa. Protes di seluruh Iran marak dalam dua bulan terakhir, dipicu kematian wanita keturunan Kurdi Mahsa Amini di dalam tahanan polisi setelah ditangkap karena melanggar aturan berpakaian.
Konfrontasi di lusinan universitas mendorong ancaman penumpasan yang lebih keras dalam minggu ketujuh demonstrasi yang berkembang menjadi gerakan anti-pemerintah.
"Keamanan adalah garis merah Republik Islam, dan kami tidak akan mengizinkan musuh untuk mengimplementasikan dengan cara apa pun rencananya untuk merusak aset nasional yang berharga ini," kata Presiden Ebrahim Raisi.
Warga Iran dari semua lapisan masyarakat telah turun ke jalan-jalan sejak kematian Amini sebagai protes yang menurut para penguasa membahayakan keamanan Republik Islam.
Pihak berwenang menuduh musuh bebuyutan Islam Iran, Amerika Serikat dan Israel dan agen-agen lokal mereka berada di belakang kerusuhan untuk mengacaukan negara.
Apa yang dimulai sebagai kemarahan atas kematian Amini pada 16 September telah berkembang menjadi salah satu tantangan terberat bagi penguasa ulama sejak revolusi 1979, dengan beberapa pengunjuk rasa menyerukan agar pemimpin tertinggi Ayatollah Ali Khamenei mundur.
Komandan Pengawal Revolusi Iran mengatakan kepada para pengunjuk rasa bahwa hari Sabtu akan menjadi hari terakhir mereka turun ke jalan, peringatan paling keras oleh otoritas Iran.
Namun demikian, video di media sosial yang belum terkonfirmasi, menunjukkan konfrontasi antara mahasiswa dan polisi antihuru-hara dan pasukan Basij pada hari Minggu di universitas di seluruh Iran.
Satu video menunjukkan anggota pasukan Basij menembakkan senjata dari jarak dekat pada demonstran di Universitas Azad di Teheran. Tembakan juga terdengar dalam video yang dibagikan oleh kelompok hak-hak Hengaw dari protes di University of Kurdistan di Sanandaj.
Video dari universitas di beberapa kota lain juga menunjukkan pasukan Basij melepaskan tembakan pada mahasiswa.
Di seluruh negeri, pasukan keamanan mencoba mengurung mahasiswa di dalam gedung-gedung universitas, menembakkan gas air mata dan memukuli para pengunjuk rasa dengan tongkat. Para mahasiswa, yang tampaknya tidak bersenjata, didorong kembali kembali ke dalam kampus. Mereka meneriakkan yel-yel, "Basij yang tidak terhormat tersesat" dan "Death to Khamenei".
Media sosial melaporkan penangkapan dilakukan pasukan keamanan terhadap selusin dokter, jurnalis dan artis sejak Sabtu. Kantor berita aktivis Hrana mengatakan 283 pengunjuk rasa tewas dalam kerusuhan termasuk 44 anak di bawah umur, dan 34 anggota pasukan keamanan.
Lebih dari 14.000 orang ditangkap, termasuk 253 mahasiswa, dalam unjuk rasa di 132 kota dan kota, dan 122 universitas.
Reuters