TEMPO.CO, Jakarta - Amerika Serikat menyambut baik langkah-langkah yang diambil oleh Arab Saudi untuk membantu Ukraina dalam perang dengan Rusia, namun Presiden Joe Biden masih jengkel dengan keputusan Saudi yang memimpin OPEC+ mengurangi produksi minyak hingga harganya melambung.
Juru bicara Gedung Putih Karine Jean-Pierre mengatakan kepada wartawan bahwa Joe Biden dan timnya akan meluangkan waktu untuk menilai konsekuensi apa yang harus dihadapi Arab Saudi untuk keputusan 12 Oktober oleh OPEC+ yang dipimpin Saudi untuk memangkas produksi minyak.
Biden, khawatir bahwa harga bensin akan melonjak menjelang pemilihan kongres 8 November 2022, telah memperingatkan Saudi akan menghadapi konsekuensi karena berpihak pada Rusia dan setuju untuk memangkas produksi. Beberapa anggota parlemen ingin Amerika Serikat menangguhkan penjualan senjata ke sekutu lama Timur Tengah itu.
Namun setelah keputusan OPEC+ itu, perwakilan Arab Saudi untuk PBB telah mengutuk pencaplokan Rusia atas empat wilayah di dalam Ukraina.
"Kami telah mencatat sejak pemotongan OPEC+ bahwa Arab Saudi memberikan suara menentang Rusia di PBB dan juga menjanjikan $ 4 juta untuk mendukung kebutuhan rekonstruksi dan kemanusiaan Ukraina," kata Jean-Pierre kepada wartawan.
Gedung Putih tidak memberikan batas waktu untuk menyelesaikan tinjauan kebijakan tentang Arab Saudi.
Menteri Investasi Saudi Khalid al-Falih mengatakan di sebuah forum di Riyadh bahwa negaranya dan Amerika Serikat akan mengatasi pertengkaran "tidak beralasan" mereka, menyoroti hubungan perusahaan dan institusional yang sudah berlangsung lama.
Reuters