TEMPO.CO, Jakarta - Cina menyerukan pada warganya untuk bersabar menghadapi ketatnya kebijakan-kebijakan Covid-19 dan bersama-sama mengajak warga memerangi kekhawatiran di tengah naiknya kasus virus corona yang ditularkan antar warga lokal.
Imbauan itu disampaikan beberapa hari menjelang diselenggarakannya kongres Partai Komunis Cina, yakni satu-satunya partai berkuasa di Negeri Tirai Bambu.
Baca juga: 83 Tahun Sigmund Freud Meninggal, Pemikirannya Tak Lekang Waktu
Suasana Kota Shanghai di tengah lonjakan kasus Covid-19, di Cina, 22 Maret 2022. Ini sudah lima hari berturut-turut kasus virus corona di Shanghai tanpa gejala mengalami kenaikan. REUTERS/Aly Song
Banyak negara-negara di dunia yang memberlakukan kebijakan untuk hidup bersama Covid-19. Namun Cina sudah berulang lagi menepis berbagai spekulasi soal kemungkinan Cina melonggarkan aturan Covid-19, mulai dari lockdown lokal hingga lockdown satu kota.
Angka kematian akibat Covid-19 di Cina masih relatif rendah dibanding negara-negara lain di dunia. Bukan hanya itu, kasus Covid-19 di Negeri Tirai Bambu itu juga cenderung gejala ringan.
Kondisi ini membuat otoritas Cina berada dalam tekanan untuk menghentikan wabah Covid-19. Akan tetapi, kasus Covid-19 di Cina naik lagi dalam beberapa pekan terakhir menyusul tingginya penularan varian omicron BF.7 dan BA.5.1.7 yang pertama kali menyebar di Cina sehingga membuat mereka yang ingin liburan terperangkap selama libur nasional seminggu.
Total kasus Covid-19 diseluruh Cina yang ditularkan antar warga lokal sebanyak 1.939 kasus per 9 Oktober 2022. Itu adalah angka tertinggi sejak 20 Agustus 2022 berdasarkan perhitungan Reuters menurut data resmi yang dipublikasi pada Senin, 10 Oktober 2022.
Sejak 1 Oktober 2022, ada ribuan kasus varian Covid-19 BF.7 di wilayah Inner Mongolia sehingga menjadikan wilayah itu pusat penyebaran Covid-19 terbaru di Cina. Walhasil, diberlakukan lockdown lokal dan aturan ini merusak rencana liburan warga yang ingin memanfaatkan libur ‘Golden Week’.
Beberapa hari sebelum libur ‘Golden Week’, wilayah Xinjiang juga sudah memberlakukan aturan ketat, di mana warga lokal diminta untuk tidak melintasi area-area perbatasan menyusul kasus Covid-19 yang mulai meroket. Turis yang terperangkap di Xinjiang diperbolehkan nyambi kerja sampingan sebagai teknisi listrik, koki atau tukang kayu.
Sedangkan di Shanghai, dilaporkan pada 9 Oktober 2022 ada 34 kasus Covid-19 yang ditularkan antar warga lokal atau tertinggi dalam tiga bulan. Shanghai, yang berpopulasi 25 juta jiwa, berstatus lockdown pada April dan Mei lalu.
Sumber: Reuters
Baca juga: Jepang Bakal Larang Turis Tanpa Masker Masuk Hotel
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.