TEMPO.CO, Jakarta - Banjir di Sudan dilaporkan menewaskan rautusan orang. Aparat keamanan mengkonfirmasi pada Kamis, 15 September 2022, bahwa bencana itu menghancurkan puluhan ribu rumah yang berdampak pada kehidupan warga Sudan.
Dewan Nasional untuk Pertahanan Sipil Sudan, seperti dikutip dari France 24, menyebutkan banjir menewaskan total 134 orang dan menyebabkan 120 lainnya terluka. Bencana itu juga telah merusak atau menghancurkan lebih dari 128.000 rumah.
Seperti terekam dalam kanal televisi pemerintah, sejauh musim hujan air dapat terlihat menyelimuti desa-desa dan jalan-jalan. Warga Sudan yang terkena dampak banjir berlindung di bawah tenda darurat yang terbuat dari kain compang-camping setelah air banjir menghanyutkan rumah-rumah bata lumpur.
Bulan lalu, pemerintah mengumumkan keadaan darurat akibat banjir di enam dari 18 negara bagian Sudan. Korban tewas musim ini telah meningkat dari 112 yang diberikan awal bulan ini.
Dalam angka terbaru, jumlah kematian tertinggi terjadi di negara bagian tengah Kordofan Utara, sedangkan angka rumah runtuh terbesar tercatat di negara bagian Nil Putih selatan. Penyebab utama kematian adalah rumah yang runtuh, tenggelam, dan tersengat listrik.
Kantor berita resmi pemerintah, SUNA, mewartakan sebuah rumah sakit rusak parah akibat banjir di sebuah desa di negara bagian Kassala di bagian timur. "Toilet ambruk, pintu dan jendela rumah sakit Um Gargour pecah," katanya.
Hujan lebat di Sudan biasanya turun antara Mei dan Oktober. Negara itu kerap menghadapi banjir parah setiap tahunnya yang merusak properti, infrastruktur, dan tanaman.
PBB, mengutip angka pemerintah, menyatakan pada pekan ini bahwa banjir di Sudan sejauh ini telah mempengaruhi 286.400 orang. PBB sebelumnya memperingatkan bahwa banjir tahun ini dapat mempengaruhi hingga 460.000 orang. Angka itu jauh lebih tinggi dari rata-rata 388.600 orang yang terkena dampak setiap tahun antara 2017 dan 2021.
Menurut UNICEF, negara bagian timur Gedaref dan Kassala, negara bagian Kordofan Utara dan Selatan, negara bagian Sungai Nil, dan wilayah Darfur termasuk di antara yang terkena dampak terburuk.
Bencana itu terjadi ketika Sudan goyang akibat kerusuhan politik yang semakin dalam. Sudan juga dilanda krisis ekonomi yang diperburuk oleh kudeta militer yang dipimpin oleh panglima militer Abdel Fattah al-Burhan tahun lalu.
Baca: Korban Banjir Pakistan Hampir Mendekati 1.500 Orang
FRANCE 24