TEMPO.CO, Jakarta - Tindakan Rusia menunda pengaliran gas ke Eropa dengan dalih perbaikan pipa Nord Stream 1 Gazprom belum rampung, membuat Amerika Serikat menuduh Moskow menggunakan energi sebagai alat untuk menekan Eropa.
"Sayangnya tidak mengherankan bahwa Rusia terus menggunakan energi sebagai senjata melawan Eropa," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS (NSC) kepada Reuters melalui email tentang penutupan pipa yang mengirim gas ke Eropa.
Rusia membatalkan tenggat waktu hari Sabtu, 3 September 2022, untuk membuka saluran, sehingga membuat Eropa makin kesulitan dalam mengamankan bahan bakar untuk musim dingin mendatang.
Gazprom, perusahaan yang dikendalikan negara dengan monopoli ekspor gas Rusia melalui pipa, mengatakan pada hari Jumat bahwa pihaknya tidak dapat dengan aman memulai kembali pengiriman ke Eropa sampai mereka memperbaiki kebocoran yang ditemukan di turbin vital. Rusia tidak memberikan kerangka waktu baru.
Dalam tindakan hukuman terhadap Rusia atas invasinya ke Ukraina, Uni Eropa akan melarang ekspor minyak mentah dari Rusia pada awal Desember dan produk olahan dua bulan kemudian.
Pada hari Jumat, Kelompok G7 secara resmi setuju untuk mengenakan batas atas harga minyak Rusia, yang bertujuan memangkas pendapatan untuk perang Moskow sambil menjaga minyak mengalir ke pasar global.
Juru bicara NSC mengatakan Amerika Serikat dan Eropa telah bekerja sama untuk memastikan pasokan yang cukup tersedia.
"Sebagai hasil dari upaya ini, penyimpanan gas Eropa akan penuh pada musim dingin yang kritis," kata juru bicara itu. "Upaya ini saja tidak akan cukup dan kami akan terus bekerja sama untuk mengatasi gambaran energi yang memprihatinkan di Eropa."
Reuters