TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev pada Jumat, 26 Agustus 2022, mengungkap kalau Moskow tidak akan menghentikan kampanye militernya di Ukraina meskipun Kyiv secara resmi meninggalkan keinginannya untuk bergabung dengan NATO. Setelah tak lagi jadi orang nomor satu di Rusia, Medvedev saat ini menjabat sebagai Wakil Kepala Dewan Keamanan Rusia.
Medvedev juga berpandangan Rusia sudah siap untuk menggelar pembicaraan dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, namun dengan persyaratan tertentu. Sebelum invasi pada Februari 2022 lalu, Moskow sudah memperjelas keanggotaan Ukraina di NATO tidak bisa diterima oleh Negeri Beruang Merah tersebut.
Baca Juga:
“Mengumumkan partisipasinya di NATO saat ini sungguh vital, namun itu sudah tidak cukup lagi untuk membangun perdamaian,” kata Medvedev dalam wawancara dengan stasiun televisi LCI.
Menurut Medvedev, kampanye militer Rusia akan berlanjut hingga tujuannya tercapai. Yakni Presiden Vladimir Putin ingin denazifikasi Ukraina. Kyiv dan negara-negara Barat mengatakan tuduhan Putin itu tidak berdasar.
Petugas berusaha memadamkan api di lokasi serangan rudal Rusia di pelabuhan laut Odesa, Ukraina, 23 Juli 2022. Press service of the Joint Forces of the South Defence/Handout via REUTERS
Rusia dan Ukraina sudah menggelar sejumlah perundingan setelah invasi terjadi, namun belum ada kemajuan dan hanya ada sedikit prospek untuk kembali dimulainya perundingan. Medvedev mengatakan perundingan ini akan tergantung pada sejumlah keadaan dan Rusia sudah siap untuk bertemu dengan Zelensky.
Medvedev juga mengomentari kalau Amerika Serikat menjadi pensupali senjata ke Ukraina. Di antara suplai senjata itu adalah peluncur roket HIMARS, namun Medvedev meyakinkan itu belum menjadi sebuah ancaman yang substansial. Hanya saja, jika senjata-senjata kiriman Amerika Serikat tersebut menghantam targetnya dalam jarak jauh, maka perubahan mungkin terjadi.
Ukraina adalah negara bekas pecahan Uni Soviet, yang ingin menjadi negara anggota NATO dan Uni Eropa. Tindakan Ukraina itu, dipandang Moskow bisa mengancam keamanan dan pengaruh Rusia.
Sedangkan Sekjen NATO Jens Stoltenberg memprediksi perang Ukraina bisa memakan waktu bertahun-tahun. Pasokan senjata yang dikirimkan ke tentara Ukraina bisa meningkatkan peluang untuk membebaskan wilayah Donbas dari kendali Rusia
Sumber: Reuters
Baca juga: Top 3 Dunia: Taiwan Kirim Bantuan Drone ke Ukraina
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.