TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Luar Negeri RI menyatakan belum ada komunikasi dengan perwakilan Peru mengenai kematian Rodrigo Ventocilla, mahasiswa Harvard Kennedy School, di Bali. Korban meninggal dalam tahanan kepolisian.
"Saya membaca di media massa, hal ini dikaitkan dengan dugaan penyelundupan narkotika, dengan demikian ada proses yang ditangani pihak kepolisian. Mengenai hal apa yang menyebabkan meninggalnya WNA tersebut, akan lebih baik ditanyakan pada pihak kepolisan," kata Juru Bicara Kemlu Teuku Faizasyah saat jumpa pers virtual, Kamis, 25 Agustus 2022.
Ventocilla, 32 tahun, terkonfirmasi meninggal pada 11 Agustus 2022. Kematian Ventocilla membuat geger karena dia wafat di sebuah rumah sakit di Ibu Kota Denpasar, Bali dalam status sebagai tahanan. Ventocilla meninggal diduga akibat penganiayaan dan diskriminasi oleh aparat kepolisian. Namun Kepolisian Bali membantah hal itu.
Korban dilaporkan meninggal akibat mengkonsumsi obat yang bukan barang sitaan. Walhasil, dia mengalami sakit perut dan muntah-muntah. Melihat kondisi Ventocilla yang sudah lemas, petugas piket lantas membawanya ke Rumah Sakit Bhayangkara.
Kepala Humas Kepolisian Bali Stefanus Satake Bayu Setianto, seperti dikutip dari kantor berita Antara mengatakan, penyebab kematian Ventocilla adalah komplikasi kegagalan fungsi tubuh hingga berdampak pada gangguan fungsi ginjal, hati, dan sistem fungsi saraf pada otak pasien.
Ventocilla adalah seorang laki-laki transgender, yang aktif sebagai aktivis HAM kaum transgender. Dia dinyatakan tewas setelah lima hari ditahan atas tuduhan kepemilikan narkoba, yang diketahui saat dia tiba di Bali.
Sang mahasiswa ke Bali bersama pasangannya untuk berbulan madu. Keluarganya menyebut Ventocilla ditahan dalam kondisi mengalami diskriminas ras, transfobia, kehilangan hak-hak dasarnya dan menjadi sasaran kekerasan dari aparat kepolisian saat keluarga dan pengacaranya tidak mengetahui kondisi pasti Ventocilla karena berada dalam tahanan.
Warga negara Peru itu adalah pendiri Diversidades Trans Masculinas, yakni sebuah LSM di Peru yang memperjuangkan hak-hak transgender warga Peru. Sedangkan di Harvard Kennedy School, dia mengambil S2 jurusan Public Administration in International Development.
Dalam pernyataan yang dipublikasi pada Selasa, 23 Agustus 2022, keluarga Ventocilla dan pasangannya Sebastían Marallano, menyerukan otoritas penegak hukum di Peru agar minta dilakukan investigasi yang sepatutnya atas hak-hak Ventocilla yang dilanggar, menjamin kebenaran, keadilan dan repatriasi.
DANIEL AHMAD