TEMPO.CO, Jakarta - Anggota parlemen Montenegro pada Sabtu, 19 Agustus 2022, meloloskan mosi tidak percaya pada kabinet pimpinan Perdana Menteri Montenegro, Dritan Abazovic. Sebanyak 36 wakil rakyat menyorongkan mosi tidak percaya pada Abazovic sebagai bentuk protes atas sejumlah regulasi yang diterbitkannya.
Mosi-tidak percaya dari anggota parlemen Montenegro itu adalah yang kedua kalinya diterbitkan pada tahun ini menyusul runtuhnya kabinet Perdana Menteri Abazovic pada Februari lalu. Abazovic disebut mendapat dukungan dari gereje orthodox Seribia.
“Saya sangat bangga dengan yang telah kami lakukan dalam 100 hari ini. Kami akan dikenang sebagai pemerintah dengan periode terpendek, namun banyak keputusan sulit yang sudah kami putuskan,” kata Abazovic usai parlemen memutuskan menerbitkan mosi-tidak percaya.
Perdana Menteri Montenegro Dritan Abazovic. Sumber: Reuters
Dengan keputusan anggota parlemen ini, maka Presiden Montenegro Milo Djukanovic harus menominasikan perdana menteri yang baru untuk membentuk pemerintahan yang baru. Montenegro adalah sebuah negara di kawasan Balkan, yang sedang berambisi untuk bergabung dengan Uni Eropa.
Dengan mosi tidak percaya ini, maka Montenegro juga berpeluang melakukan pemilu yang dipercepat.
Montenegro berpenduduk 625 ribu jiwa. Masyarakat Montenegro sudah lama terbelah oleh mereka yang mengidentifikasikan diri sebagai warga negara Montenegro dan ada yang lebih ingin diakui sebagai warga pro-Rusia Serbia, yang menentang kemerdekaan Montenegro dari Serbia.
Setelah perdebatan yang cukup panjang, Partai Sosialis Demokrat akhir bergabung untuk menyorongkan mosi tidak percaya. Partai Sosialis Demokrat adalah partai yang menggolkan Djukanovic ke kursi Presiden Montenegro. Mosi tidak percaya didukung oleh 50 anggota parlemen dari total 81 anggota.
Sebelumnya pada bulan ini, Perdana Menteri Abazovic menanda-tangani kesepakatan dengan gereja orthodok Serbia meskipun menuai kritikan dari kelompok-kelompok sayap kanan dan politikus dari partai-partai pro-barat. Mereka yang keberatan beralasan kesepakatan itu hanya memberikan gereja terlalu banyak kekuasaan dibanding kelompok agama lainnya
Sedangkan Abazovic berpandangan pakta yang disepakatinya dengan gereja orthodok Serbia akan menjadi solusi bagi sebuah permasalahan domestik di Montenegro dan membantu menyembuhkan keretakan antara partai-partai pro-Uni Eropa dan mereka yang mendukung penguatan hubungan Montenegro dengan Serbia dan Rusia
Sumber: Reuters
Baca juga: PM Inggris Boris Johnson Selamat dari Mosi Tidak Percaya, tapi Dukungan Melemah
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.