TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov dan mitranya dari Amerika Serikat, Antony Blinken, berbicara melalui telepon, Jumat waktu setempat. Ini kali pertama kedua diplomat top itu berkomunikasi sejak invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari lalu.
Seperti dilansir Reuters sabtu 30 juli 2022, Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Rusia menyatakan, percakapan telepon itu berlangsung atas permintaan AS. Kedua pejabat membahas berbagai isu, termasuk konflik Rusia-Ukraina, kesepakatan ekspor gandum yang diteken dengan perantara Turki pekan lalu, serta rencana pertukaran tahanan antara kedua negara.
"Kami melakukan percakapan yang jujur dan langsung," kata Blinken dalam konferensi pers di Departemen Luar Negeri AS. "Saya mendesak Kremlin untuk menerima proposal substansial yang kami ajukan untuk pembebasan Paul Whelan dan Brittney Griner," katanya.
Whelan merupakan mantan anggota Marinir AS yang ditangkap atas tuduhan mata-mata, sementara Griner, pemain basket wanita AS, ditangkap atas tuduhan menyelundupkan narkoba.
Berdasarkan laporan CNN, keduanya akan ditukar dengan Viktor Bout, seorang pedagang senjata Rusia. Dia dijatuhi hukuman 25 tahun penjara oleh Pengadilan Federal Manhattan pada 2012 atas tuduhan memberi bantuan kepada organisasi yang dimasukkan AS dalam daftar teroris. Selain itu Bout dituduh berkonspirasi membunuh warga AS.
Sejauh ini Rusia belum menyetujui permintaan AS itu. Sebaliknya, Lavrov mendesak AS untuk mau kembali berdialog secara profesional dalam bentuk diplomasi tersembunyi dan tak berspekulasi apa pun.
Keduanya juga membahas soal pengiriman senjata ke Ukraina. Menurut Lavrov, pengiriman senjata itu hanya akan memperpanjang konflik yang dampaknya menambah penderitaan bagi warga sipil.
Lavrov menegaskan, pasukan Rusia yang berperang di Ukraina mematuhi norma-norma hukum internasional. Dua juga menegaskan, Rusia melakukan berbagai upaya untuk membantu penduduk Ukraina di wilayah yang sudah dikuasai agar bisa kembali ke kehidupan normal.
Blinken mengatakan dia juga menekankan kepada Lavrov bahwa dunia mengharapkan Rusia untuk memenuhi komitmennya berdasarkan kesepakatan dengan Ukraina yang dicapai di Turki. Kesepakatan ini untuk membuka kembali ekspor biji-bijian dan pupuk yang telah diblokir oleh perang, yang memperdalam krisis pangan di seluruh dunia.
"Duta Besar Brink, duta besar kami untuk Ukraina, berada di Odesa pagi ini. Dia mengkonfirmasi bahwa kapal-kapal telah dimuat dan siap untuk berangkat. Seperti yang saya jelaskan, kami ingin melihat kemajuan itu secepat mungkin," katanya. Lavrov mengatakan kepada Blinken bahwa sanksi AS, bukan Rusia, yang memperumit situasi pangan global.
Baca juga: Rusia Pangkas Jatah Gas, Kota di Jerman Bersiap Tahan Dingin
SUMBER: REUTERS