TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri Ukraina Dmitry Kuleba memastikan pihaknya hanya akan berunding dengan Rusia jika Negeri Beruang Merah itu sudah kalah di medan perang. Prinsip Ukraina ini, tak lain didorong oleh sikap keras Rusia.
“Mari kita ubah situasi di medan pertempuran, dan kemudian kita akan berbicara. Semua orang mengerti bahwa perundingan terkait langsung dengan situasi di garda depan. Saya mengatakannya kepada semua mitra: Rusia akan duduk di meja perundingan hanya setelah kekalahan di medan perang. Kalau tidak, itu akan berupa ultimatum lagi," katanya dalam wawancara dengan Forbes Ukraina, seperti dilansir dari TASS, Selasa, 19 Juli 2022.
Kuleba mengatakan, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky memiliki prinsip dalam hal ini. Dia pun tidak mau mengesampingkan kemungkinan perundingan, tetapi tidak ada alasan bagi mereka sekarang untuk bergeser dari medan pertempuran.
"Pertimbangannya perilaku agresif Rusia," katanya.
Dia menambahkan, Presiden Zelensky sudah menyampaikan sikap tegasnya ini kepada pucuk pimpinan negara-negara Barat, yang telah mengisyaratkan kemungkinan perundingan.
Bangunan hancur oleh serangan militer saat invasi Rusia ke Ukraina berlanjut, di Saltivka utara, salah satu daerah perumahan paling rusak di Kharkiv, Ukraina 17 Juli 2022. Wilayah Kharkiv sebagian diduduki oleh pasukan Rusia dan Chuhuiv terletak hanya 6 km dari posisi Rusia. REUTERS/Nacho Doce
Menanggapi ucapan Kuleba itu, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengatakan pada Senin, 18 Juli 2022, kalau Kiev tidak menginginkan perdamaian dan menolak pembicaraan dengan Moskow di bawah dikte Washington.
"Ini adalah jawaban untuk semua yang menuduh Rusia menghindari pembicaraan dengan rezim Kiev, yakni rezim Kiev telah menolak sendiri. Kuleba telah mengkonfirmasinya sekali lagi hari ini," kata Zakharova.
"Namun, dia lupa menambahkan bahwa itu bukan posisi negara. Ukraina, tetapi lagu Washington yang ditangkap oleh rezim Kiev. Fakta bahwa Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan timnya (setidaknya, yang tersisa) tidak menginginkan perdamaian telah dikonfirmasi," kata Zakharova, menambahkan.
Sebelumnya pada 3 Juli 2022, Humas Kepresidenan Rusia Dmitry Peskov menyatakan bahwa negara-negara yang mempertaruhkan permusuhan lebih lanjut tidak akan membiarkan Ukraina berpikir atau berbicara tentang perdamaian.
Rusia menginvasi Ukraina sejak 24 Februari 2022. Moskow mengatakan apa yang dilancarkannya sebagai sebuah operasi militer untuk denazifikasi dan demiliterisasi Ukraina.
Sudah 5 bulan perang berlangsung, Rusia masih menggempur negara tetangganya itu. Negara-negara Barat mengecam Kremlin dengan menjatuhkan sanksi ekonomi dan mengirim bantuan senjata ke Ukraina.
Puluhan ribu orang tewas selama perang dan jutaan warga Ukraina pindah ke luar negeri untuk mengungsi. Barat menganggap Rusia melakukan genosida di Ukraina. Moskow berulang kali membantah serangannya menargetkan warga sipil.
Pertempuran Rusia dan Ukraina kini fokus di wilayah timur Donbas. Rusia mengklaim menguasai penuh provinsi Luhansk di Ukraina.
Presiden Rusia Vladimir Putin meyakinkan operasi militernya berjalan sesuai rencana. Dia menegaskan tidak ada tekanan untuk menghentikan perang dalam waktu dekat.
TASS | REUTERS
Baca juga: Minta Rudal Ukraina Dihancurkan, Menhan Rusia Sergei Shoigu: Ini Prioritas!
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.