TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Amerika Serikat Joe Biden pada Rabu, 8 Juni 2022 tampil di acara live bincang-bincang larut malam yang dipandu oleh Jimmy Kimmel. Di program itu, Biden membahas lambannya pembahasan keamanan senjata di Senat AS.
Biden mengatakan kepada Kimmel, bahwa Asosiasi Senapan Nasional atau NRA telah menindas Partai Republik, dengan asumsi "jika mereka memilih kebijakan senjata yang rasional, maka mereka akan diutamakan," seperti dilansir Reuters, Kamis, 9 Juni 2022.

Penampilan Presiden Biden di studio Kimmel itu merupakan acara bincang-bincang pertamanya setelah wawancara Zoom era pandemi dengan Jimmy Fallon dan Seth Meyers. Selain membahas soal UU senjata, Biden juga membahas beberapa isu lain seperti inflasi dan hak aborsi.
Di acara itu, Kimmel dengan ringan bercanda dengan Biden yang masih optimis di tengah sejumlah masalah pemerintahannya, termasuk mandeknya agenda legislatif UU Senjata. Kimmel mengatakan bagaimana bisa dia (Biden) masih bermain "monopoli" dengan orang yang tidak mau taat aturan.
Biden hanya tersenyum dan melemparkan lelucon dengan menjawab, "Kita harus mengirim mereka ke penjara." Dia merujuk pada hukuman dalam permainan papan itu.

Suara Pecah di Senat AS soal UU Senjata
DPR Amerika sejak tahun lalu telah melewati serangkaian reformasi terkait senjata yang kemungkinan akan diblokir oleh Senat Partai Republik. Ketua DPR Amerika Nancy Pelosi mengatakan kepada Reuters bahwa dia percaya pada negosiator Senat dan mencatat adanya urgensi bagi Kongres untuk bertindak.
Dengan Partai Demokrat dan Partai Republik yang terpecah belah mengenai senjata, pembicaraan Senat terfokus pada tujuan sederhana termasuk mendorong negara bagian untuk meloloskan undang-undang "bendera merah". Tujuannya untuk menolak senjata api kepada orang-orang yang dinilai berisiko bagi diri mereka sendiri atau publik, dan pendanaan federal untuk meningkatkan keamanan sekolah.
DPR Amerika memperdebatkan RUU untuk menaikkan usia minimum menjadi 21 tahun dari 18 tahun untuk pembelian senjata api tertentu dan memperketat larangan senjata yang tidak dapat dilacak. Alih-alih mendorong pemungutan suara cepat pada RUU DPR yang lebih luas, Pemimpin Mayoritas Senat Chuck Schumer telah memilih untuk memberikan lebih banyak waktu untuk negosiasi bipartisan di kantornya.
Demokrat telah memberi isyarat kepada Partai Republik bahwa mereka akan bersedia menerima langkah pertama yang sempit dengan peraturan itu, bahkan ketika Presiden Joe Biden menyerukan tindakan yang lebih keras, seperti melarang senjata serbu.
Selama sidang DPR, Partai Republik di panel itu bersumpah membela hak untuk menyimpan dan memanggul senjata sebagaimana dilindungi oleh Amandemen Kedua Konstitusi AS. Banyak dari mereka keberatan dengan proposal seperti membatasi penjualan senapan gaya serbu. Senjata itu merupakan jenis yang digunakan dalam pembantaian Uvalde dan penembakan massal lain seperti di sebuah toko kelontong Buffalo, New York, yang menewaskan 10 korban kulit hitam.
Jajak pendapat publik menunjukkan mayoritas warga Amerika mendukung langkah-langkah untuk memperluas pemeriksaan latar belakang calon pembeli senjata dan langkah lain untuk mengendalikan kekerasan senjata. Tapi dengar pendapat pada Rabu menggarisbawahi emosi yang mendalam dari perdebatan.
REUTERS
Baca juga: AS Komentari Senjata Laser Zadira Rusia di Ukraina, Apa Katanya?
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.