TEMPO.CO, Jakarta -Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan dia "terkejut" dengan serangan mematikan Rusia yang menghantam sebuah sekolah di Ukraina. Presiden Volodymyr Zelensky melaporkan 60 orang dilaporan tewas dalam serangan itu.
Guterres menegaskan, "Warga sipil harus selalu dihindarkan pada saat perang".
Sebanyak 60 orang dikhawatirkan tewas ketika sebuah bom Rusia menghantam sebuah sekolah desa di Ukraina timur, kata gubernur regional pada Ahad lalu. Sementara itu, pasukan Rusia terus menembaki pertahanan terakhir perlawanan Ukraina di pelabuhan tenggara Mariupol yang hancur.
Gubernur wilayah Luhansk Serhiy Gaidai mengatakan sekolah di Bilohorivka, tempat sekitar 90 orang berlindung, pada Sabtu terkena bom Rusia. Bom itu meledak dan membakar sekolah tersebut.
"Hampir tidak ada harapan ada yang selamat. Bom udara meledak di tengah (gedung)," tulis Gaidai di aplikasi perpesanan Telegram. "Di sekolah itu ada sekitar 90 orang, 27 diselamatkan. Sekitar 60 orang kemungkinan tewas."
Ledakan itu merobohkan gedung yang terbakar dan petugas pemadam kebakaran membutuhkan waktu tiga jam untuk memadamkan api, menurut gubernur, menulis di Telegram. Dia mengatakan hampir seluruh desa telah berlindung di ruang bawah tanah sekolah. Korban tewas terakhir hanya akan diketahui ketika puing-puing telah dibersihkan, kata gubernur.
Reuters tidak dapat segera memverifikasi akunnya. Tidak ada tanggapan dari Moskow atas laporan tersebut. Ukraina dan sekutu Baratnya menuduh pasukan Rusia menargetkan warga sipil dalam perang, sesuatu yang dibantah Moskow.
Bilohorivka dekat dengan kota Severodonetsk yang dikuasai pemerintah, di mana pertempuran sengit dilaporkan terjadi di pinggiran kota pada Sabtu. Satu surat kabar Ukraina, Ukrayinska Pravda, mengatakan desa itu menjadi "titik panas" selama pertempuran pekan lalu.
Baca juga: Peringatan Perang Dunia II, Volodymyr Zelensky Ingatkan Kejahatan Telah Kembali
SUMBER: REUTERS